Perang bintang untuk menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (KAPOLRI) semakin memanas. Bagi kita sebagai masyarakat awam mungkin tidak terlalu terasa, apalagi jika kita memang bukan orang yang saat ini memiliki kaitan langsung atau bersentuhan langsung dengan institusi tersebut.
Lalu, apakah kita sebagai orang awam, boleh dan
patut memberikan sedikit perhatian atas kejadian ini? Apa pula efeknya
bagi kita, sebagai orang tua yang memiliki anak, mahasiswa yang sedang
kuliah, pedagang ataupun profesi lainnya. Tidak bisa dipungkiri,
terlepas dari adanya kaitan langsung antara pribadi kita dengan
institusi ini, kita sebagai masyarakat yang saat ini merasakan efek dari
“perang bintang” yang berlangsung saat ini dan juga akan merasakan
akibat dari selesainya perang tersebut.
1. Bisnis Narkoba
Bisnis Narkoba adalah bisnis trilyunan, bisnis yang
merupakan lahan yang sangat sangat basah. Bayangkan saja, setiap hari
berapa milyar perputaran dana yang terjadi dari bisnis ini . Dan sudah
menjadi rahasia umum, dibalik bisnis haram yang terjadi, selalu ada
oknum yang menjadi “backing” dibelakangnya ! Bisnis tersebut bisa
berjalan karena adanya kerjasama antara Pengusaha Nakal dan Oknum yang
bernaung di institusinya. Semakin besar bisnis tersebut, tentu saja akan
semakin tinggi wewenang yang harus dimiliki oleh orang yang menjadi
backing ! Untuk wewenang yang semakin tinggi, berarti OKNUM tersebut pun
harus seyogianya memiliki PANGKAT yang tinggi.
Institusi POLRI adalah institusi yang paling paling
menentukan, institusi yang sanggup meredam dan bahkan menghentikan
peredaran narkoba ini jika mau !
Nah, jika PIMPINAN berganti dalam hal ini KAPOLRI,
biasanya akan selalu diikutin oleh pergantian pimpinan di unit dan
didaerah yang dipimpinnya. PIMPINAN baru akan mengevaluasi kembali
pembantu-pembantunya tersebut, apakah sesuai dengan keinginan, strategi
dan tata cara yang diinginkan.
Ini berarti “cilaka” bagi Pengusaha Nakal tersebut
dan “cilaka” bagi oknum yang selama ini kenyang sebagai backing dari
pengusaha tersebut. “Cilaka” bagi pengusaha nakal tersebut, karena
butuh waktu dan butuh dana kembali untuk melakukan negosiasi baru agar
bisnisnya tetap lancar. Nah, kalau POLISI yang menjadi PIMPINAN sekarang
ini masih juga merupakan POLISI NAKAL , ya tidak masalah !! Namun
bayangkan “CILAKA 24 Lusin” jika POLISI yang baru ini tidak mau ikut
bermain dalam bisnis ini.
“CILAKA” juga bagi Oknum yang selama ini menjadi
backing ! Jika Komandan baru adalah orang yang bersih dan tidak mau
bermain, berarti RICE COOKER yang mengepul selama ini tidak akan terisi
lagi. Masa-masa panen akan berganti dengan musim paceklik menunggu.
Besar kecilnya peredaran NARKOBA, akan menimbulkan
efek bagi kita semua baik secara langsung maupun tidak. Dengan semakin
tidak terkontrolnya peredaran narkoba, akan semakin banyak pula pemakai
yang mungkin saja adalah saudara, orang tua, anak, tetangga, majikan
atau kita sendiri ! Ini berarti “CILAKA” nya pindah ke kita semua.
“CILAKA” semakin bebas narkoba, semakin bebas pemakai, semakin banyak
korban, semakin banyak yang akan menjadi korban sampingan !
2. MAFIA KASUS
Jika PIMPINAN tidak becus, anak buah akan semakin
tidak becus ! Tidak ada anggota yang salah, hanya ada pemimpin yang
salah. Ungkapan ini benar adanya, karena semua adalah kesalah Pimpinan
yang tidak sanggup membina anggotanya. Tidak heran sudah saat ini
bertebaran Markus dimana-mana ! Banyak orang yang memperjual belikan
kasus ! Mungkin saat ini kita tidak tahu atau tidak mau tahu, tapi
bayangkan jika ini terjadi pada kita atau keluarga kita, apalagi jika
memang kita tidak bersalah namun menjadi korban atau dikorbankan oleh
karena kepentingan Pihak tertentu yang memiliki kedekatan khusus atau
sanggup membayar lebih kepada oknum. Jika KOMANDAN benar dan tegas,
tidak ada anggota yang berani macam macam, tidak ada juga orang-orang
yang memperjual belikan kasus atau mengaku bisa mengurus ini dan itu,
memutar balikkan fakta ! Yang Benar tetap akan benar, yang salah tetap
harus mempertanggung jawabkannya !
3. PREMANISME , KEJAHATAN
Jika PIMPINAN Kepolisian benar adanya ! Preman
preman tidak akan berkutik lagi, nah coba bayangkan, jika PREMAN semakin
merajalela, siapa yang rugi ? Bagaimana pula jika Penjahat tidak lagi
segan atau takut kepada Penegak Hukum POLISI, mau kemana lagi kita
mengadu ? Bagaimana jika Bandit-bandit tersebut berlindung di ketiak nya
POLISI, semakin hancur lah tata kehidupan kita. Apakah Anda mau hidup
dalam keadaan demikian ? Belum lagi jika PIMPINAN tidak sanggup
mengkoordinasikan bawahannya dan malah bertempur dengan institusi
lainnya.
4. KORUPSI/ANGGARAN
Ini momok utama ! Itu semua dana kita lho, pajak
yang kita bayarkan ! Sejelek-jeleknya kita dalam hal membayar pajak,
setidaknya Anda pasti ada membayar pajak kendaraan atau bahkan makan
dirumah makan, beli minyak goreng, beli sabun dsb. Anggaran yang
seharusnya tidak terlalu besar, jika di mark up ? Kita juga yang akan
merugi. Bayangkan, barusan ini, masa pangkat yang tidak terlalu tinggi
di Kepolisian, transaksi memiliki nilai nominal Rp. 1.5 Trilyun.
Wajarkah ? Kemana PIMPINAN nya ? Masa anggota yang katanya membackingi
ini dan itu, juga tidak dibackingin oleh PIMPINANnya ? Oh ya, belum
termasuk kasus Jenderal DS dan Jenderal jendral lainnya yang memiliki
rekening bukan hanya gemuk tapi obesitas !
4 hal diatas hanya beberapa dari banyak lagi
segi lainnya. PIMPINAN yang benar akan disegani oleh kawan dan lawan.
PIMPINAN yang benar adalah pimpinan yang sanggup menata,memperbaiki
segala sesuatu yang salah dan bukan malah melanjutkan budaya yang salah
tersebut. PIMPINAN yang benar adalah pimpinan yang berani bilang salah
dan bukan hanya bilang “sedang diproses” , bahkan tidak terkadang tidak
tau apa yang sedang dilakukan bawahannya. Namun, pada dasarnya, PIMPINAN
adalah orang yang berwibawa, mampu membela kita sebagai masyarakat
lemah dan memberikan kita ketenangan dalam hidup rukun beribadah,
bekerja dan bersekolah.
Namun apa daya, kita hidup masih seperti dinasti
dinasti sebelumnya. Orang yang benar-benar layak malah disingkirkan,
jika tidak bisa disingkirkan secara langsung, akan dibuat sistim MPP
(Mati Pelan Pelan). Orang yang seharusnya menjadi PIMPINAN malah di
geser, tidak boleh menonjolkan kemampuannya, tidak diberikan kesempatan
dan bahkan dikucilkan ! Untuk Apa ? Karena jika orang yang memenuhi
criteria PIMPINAN tadi terjadi, maka selesailah 4 hal diatas ! Ini
berarti, putuslah masa panen orang-orang yang memanfaatkan PIMPINAN !
Lalu, dicarilah segala sesuatu yang dirancang untuk menyingkirkan CALON
PEMIMPIN tersebut. Ini Indonesia, apa yang tidak ada bisa di jadikan
alasan !
Jangan salah cari pemimpin yang benar wahai
institusi POLRI ! Pilihlah orang yang benar-benar memiliki criteria
PEMIMPIN dan bukan criteria perwira yang tahu bagaimana mencari
keuntungan dengan menjadi PEMIMPIN !! PEMIMPIN yang layak dan pantas,
itu semua yang kami harapkan.
Apalagi ada wacana yang menurut Penulis sangat
tidak beralasan dan tidak tertulis dalam UU tentang penunjukan KAPOLRI .
Jika memang untuk kebaikan semua, mengapa harus ada batasan usia ini
dan itu ? Ingat, jika memang CALON PEMIMPIN itu layak dijadikan PEMIMPIN
, mau dia sudah mau pension ataupun masih lama pension, itu bukan nilai
yang utama.
“Pasal 11 UU No.2 tertulis :
Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.
(7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden
Lalu, mengapa ada batasan tidak jelas
yang seakan –akan hanya lating yang berlangsung saat inilah yang paling
cocok ! Malah adanya PEMIMPIN yang kemudian dianggap dan divonis tidak
layak lagi hanya karena masa pensiunnya.
Sumber: KOMPAS (tanpa merubah satu hurufpun)