Jumat, 31 Desember 2010

Cara Agar membuat Judul / Title Bar Blog Bergerak: www.bosiljak.hr/titlemaker

Senin, 27 Desember 2010

LAKI-LAKI SEJATI

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar,
Tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang,
Tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya,
Tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati ditempat
bekerja,
Tetapi dari bagaimana dia dihormati di dalam rumah

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan,
Tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang,
Tetapi dari hati yang ada dibalik itu

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yg memuja,
Tetapi komitmennya terhadap wanita yang dicintainya

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari barbel yang dibebankan,
Tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca kitab suci,
Tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca

Pertanyaannya adalah, apakah kalian para lelaki telah siap untuk melakukan itu semua ?

KITA SEMUA AKAN MATI

Kɪᴛᴀ ᴀᴋᴀɴ ᴍᴇɴɢɢᴇʟᴇᴘᴀʀ ᴍᴇɴɪᴋᴍᴀᴛɪ ᴋᴇʟᴇᴍᴀʜᴀɴ ᴛɪᴅᴜʀ-ᴛɪᴅᴜʀᴀɴ

Bᴇʀsᴇʟɪᴍᴜᴛᴋᴀɴ ᴋᴇʟᴜʜ ᴋᴇsᴀʜ, ᴛᴀɴɢɪsᴀɴ, ᴋᴇᴛᴀᴋᴜᴛᴀɴ, ᴀᴛᴀᴜᴘᴜɴ ᴋᴇsᴇᴅɪʜᴀɴ

Kᴀʟᴀ ᴍᴀsᴀ ᴍᴇɴɢʜᴀʀᴅɪᴋ ᴋɪᴛᴀ ᴅɢ ᴋᴇʜɪɴᴀᴀɴ ᴅᴀɴ ʙᴀɴʏᴀᴋ ᴄᴏʙᴀᴀɴ

Sᴜᴅᴀʜ ᴊᴀᴜʜ ᴋɪᴛᴀ ᴍᴇʀᴀɴᴛᴀᴜ ᴛᴀᴘɪ ʙᴇᴋᴀʟ ᴍᴜɴɢᴋɪɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴍᴇɴᴄᴜᴋᴜᴘɪ

Sᴀᴀᴛ ᴋᴇᴋᴜᴀᴛᴀɴ sᴇᴍᴀᴋɪɴ ʀᴀᴘᴜʜ… sᴇᴅᴀɴɢ ᴍᴀᴛɪ ᴛᴇʀᴜs ᴍᴇɴɢɪɴᴛᴀɪ ᴅɪʀɪ

Kɪᴛᴀ sᴇᴍᴜᴀ ʙᴀɴʏᴀᴋ ᴅᴏsᴀ, ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍᴀɴɢ ᴛᴀᴋ ᴛᴀʜᴜ ᴊᴜᴍʟᴀʜ ʙᴇsᴀʀɴʏᴀ

Bᴇsᴀʀ ᴋᴇᴄɪʟɴʏᴀ ᴅᴏsᴀ ᴋɪᴛᴀ, ʜᴀɴʏᴀ Aʟʟᴀʜ ʏᴀɴɢ ᴛᴀʜᴜ ᴄᴀᴛᴀᴛᴀɴɴʏᴀ

Aʟʟᴀʜ Mᴀʜᴀ Pᴇɴɢᴀsɪʜ… ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴛᴇʟᴀʜ ᴍᴇɴɢᴜʟᴜʀ ʜᴜᴋᴜᴍᴀɴ-Nʏᴀ

Sᴇᴀɴᴅᴀɪɴʏᴀ ᴅᴏsᴀ ᴋɪᴛᴀ ᴅɪ ʙᴜᴋᴀ ᴏʟᴇʜNYA,.. ᴘᴀsᴛɪ ʜᴀɴᴄᴜʀʟᴀʜ ᴋɪᴛᴀ

Tᴀᴘɪ Aʟʟᴀʜ ᴍsʜ ᴍᴇɴᴜᴛᴜᴘɪ ᴅᴏsᴀ ᴋɪᴛᴀ, ᴍᴇsᴋɪ ᴋɪᴛᴀ ᴛʀs ᴍᴇʟᴀᴋᴜᴋᴀɴɴʏᴀ

Wᴀᴋᴛᴜ ᴛᴇʀᴜs ʙᴇʀᴊᴀʟᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ sᴇɢᴀʟᴀ ʜɪʀᴜᴋ ᴘɪᴋᴜᴋɴʏᴀ

Kᴀᴅᴀɴɢ ᴋɪᴛᴀ ɢɪᴀᴛ ᴅᴀʟᴀᴍ ᴍᴀᴋsɪᴀᴛ, ᴘᴀᴅᴀʜᴀʟ Aʟʟᴀʜ sᴇʟᴀʟᴜ ᴀᴡᴀsɪ ᴋɪᴛᴀ

Dᴏsᴀ sᴜᴅᴀʜ ᴛᴇʀᴄᴀᴛᴀᴛ, ᴅᴀʟᴀᴍ ᴋᴇʟᴀʟᴀɪᴀɴ ᴋɪᴛᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʟᴀʜ ʟᴇᴡᴀᴛ

Dᴀᴛᴀɴɢʟᴀʜ ᴘᴇɴʏᴇsᴀʟᴀɴ ᴍᴇɴɢɪʀɪɴɢɪ ʜᴀᴛɪ ʏɢ ᴍᴇʀᴀᴊᴀᴍ ᴋᴜᴀᴛ

Bɪᴀʀᴋᴀɴʟᴀʜ ᴀɴɢᴀɴ ᴍᴇʀᴀᴛᴀᴘɪ ᴅᴀɴ ᴍᴇɴɢᴀᴊᴀᴋ ᴋᴇ ᴊᴇɴᴅᴇʟᴀ ᴛᴀᴜʙᴀᴛ

Dᴇᴍɪ ᴍᴜʜᴀsᴀʙᴀʜ ᴅᴀɴ ᴘʀɪʜᴀᴛɪɴ ᴅᴀʟᴀᴍ sɪsᴀ ᴍᴀsᴀ ʜɪᴅᴜᴘ ᴋɪᴛᴀ

Kᴇᴘᴀᴅᴀ ʏᴀɴɢ sᴇʟᴀʟᴜ ᴍᴇɴɢʜɪɴᴀ ᴍᴀᴜᴛ, ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ʜɪɴᴀᴀɴᴍᴜ!

Sᴇʙᴀʙ ᴊɪᴋᴀ ᴋᴀᴜ ᴛᴀʜᴜ ᴋᴇᴀᴅᴀᴀɴ ɪᴛᴜ, ᴛᴇɴᴛᴜ ᴋᴀᴜ ᴛᴀᴋᴋᴀɴ ᴍᴇʟᴀᴋᴜᴋᴀɴ ɪᴛᴜ

Bɪʟᴀ sᴀɴɢ ᴡᴀᴋᴛᴜ ʏɢ ᴅɪᴛᴇɴᴛᴜᴋᴀɴ ᴅᴀᴛᴀɴɢ ……………….

………………………..ᴅɪ sᴀᴋsɪᴋᴀɴ sᴇʟᴜʀᴜʜ sᴀɴᴀᴋ ᴋᴇʟᴜᴀʀɢᴀ

Yᴀɴɢ ʙᴇʀᴋᴜᴍᴘᴜʟʟᴀʜ ᴏʀᴀɴɢ – ᴏʀᴀɴɢ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴍᴇʀᴀᴛᴀᴘɪ ᴋɪᴛᴀ

Bᴇʀʙɪsɪᴋ, ᴍᴇɴᴀɴɢɪsɪ, ᴍᴇᴍᴀɴɢɢɪʟɪ, ᴅᴀɴ ᴍᴇɴᴄᴇʀᴍᴀᴛɪ ᴋɪᴛᴀ

Sᴀᴀᴛ sɪᴀᴘᴀᴘᴜɴ ᴅᴀɴ ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ᴄᴀɴɢɢɪʜᴘᴜɴ ᴛᴀᴋ ᴅᴘᴛ sᴇᴍʙᴜʜᴋᴀɴ ᴋɪᴛᴀ

Yᴀɴɢ ᴋᴇᴍᴜᴅɪᴀɴ ɴᴀfᴀs ᴋɪᴛᴀ ᴛᴀᴋ ᴋᴀʀᴜᴀɴ, ᴅᴀʀɪ sᴇᴛɪᴀᴘ ᴜʀᴀᴛ ɴᴀᴅɪ

Dᴇɴɢᴀɴ ᴛᴀɴᴘᴀ ᴋᴇʀᴀᴍᴀʜᴀɴ & ᴋᴇʜᴀʟᴜsᴀɴ,

Aᴊᴀʟ ᴍᴜʟᴀɪ ᴍᴇɴɢʜᴀᴍᴘɪʀɪ ᴅᴀɴ ᴍᴇʀᴇɴɢɢᴜᴛ ᴋɪᴛᴀ

Sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴛɪɴɢɢᴀʟ ᴋᴀᴛᴀ RUH ʏɢ ᴋᴇʟᴜᴀʀ ᴅᴀʀɪ ᴊᴀsᴀᴅ ʏɢ ᴍᴇʀᴏɴᴛᴀ

Hɪɴɢɢᴀ ᴋᴇʙᴇᴋᴜᴀɴ ᴛᴇʀᴊᴀᴅɪ ᴘᴀᴅᴀ ᴛᴜʙᴜʜ ʜɪʟᴀɴɢ ᴅᴀʏᴀ

Dᴀɴ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ᴘᴜɴ ᴍᴇɴᴜᴛᴜᴘ ᴍᴀᴛᴀ ᴋɪᴛᴀ

Sᴇʙᴀɢɪᴀɴ ᴍᴇᴍʙᴇʟɪᴋᴀɴ ᴋɪᴛᴀ ᴋᴀɪɴ ᴘᴜᴛɪʜ ᴅᴀɴ ᴘᴜɪᴛʜ sᴀᴊᴀ

Pᴇʟᴀʏᴀᴛ ᴅᴀɴ Pᴇᴍᴀɴᴅɪ Mᴀʏᴀᴛ ᴀᴋᴀɴ ᴅᴀᴛᴀɴɢ ᴍᴇᴍᴀɴᴊᴀᴋᴀɴ ᴋɪᴛᴀ

Mᴇʀᴇᴋᴀ ᴍᴇʟᴇᴘᴀs ᴘᴀᴋᴀɪᴀɴ, ᴍᴇɴᴇʟᴀɴᴊᴀɴɢɪ, ᴅᴀɴ ᴍᴇᴍᴀɴᴅɪᴋᴀɴ ᴋɪᴛᴀ

Kɪᴛᴀ ᴀᴋᴀɴ ᴅɪᴘᴀɴɢᴋᴜ ᴏʟᴇʜ ᴛɪɢᴀ Sᴀᴜᴅᴀʀᴀ ᴛᴇʀᴅᴇᴋᴀᴛ ᴋɪᴛᴀ

Dᴇɴɢᴀɴ ᴘᴀɴᴄᴜʀᴀɴ ᴀɪʀ ᴍᴇɴɢɢᴜʏᴜʀ ᴋɪᴛᴀ ʏɢ ʙɪsᴀ ᴅɪᴀᴍ sᴀᴊᴀ

Dᴇɴɢᴀɴ ᴛɪɢᴀ ʙɪʟᴀsᴀɴ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ᴍᴇᴍᴀɴᴅɪ sᴜᴄɪᴋᴀɴ ᴋɪᴛᴀ

Mᴇʀᴇᴋᴀɴ ᴍᴇɴᴅᴀᴅᴀɴɪ ᴋɪᴛᴀ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴘᴀᴋᴀɪᴀɴ ᴛᴀɴᴘᴀ sᴀᴋᴜ

Kɪᴛᴀ ᴅɪʙᴇʀɪ sᴇᴍᴘʀᴏᴛᴀɴ ᴀʀᴏᴍᴀ ᴋʜᴀs ʏᴀɪᴛᴜ ᴘᴀʀfᴜᴍ ᴋᴇᴍᴀᴛɪᴀɴ

Yᴀɴɢ ᴍᴇɴɢᴀɴᴛᴀʀᴋᴀɴ ᴋɪᴛᴀ ᴋᴇʟᴜᴀʀ ᴅᴀʀɪ ᴋᴇDᴜɴɪᴀ-ᴀɴ

Dɪʀɪ ᴅɪ Sʜᴏʟᴀᴛɪ & ʟᴀʟᴜ Iᴍᴀᴍ ᴍᴇɴɢᴜᴄᴀᴘᴋᴀɴ ᴋᴀᴛᴀ ᴘᴇʀᴘɪsᴀʜᴀɴ

Dᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇɴᴅᴀʀᴀᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴄᴜᴋᴜᴘ ʜᴀɴʏᴀ sᴇɴᴅɪʀɪᴀɴ

Bᴇʀ-ʀᴏᴅᴀ-ᴋᴀɴ ᴇᴍᴘᴀᴛ ɴʏᴀᴡᴀ ᴋᴀᴅᴀɴɢ ʙᴇʀɢᴀɴᴛɪᴀɴ

Dɪɪʀɪɴɢɪ ʟᴀɴᴛᴜɴᴀɴ ᴛᴀsʙɪʜ ᴋᴇᴘᴀsʀᴀʜᴀɴ

Bᴇʀᴅᴏᴀ sᴇᴍᴏɢᴀ Aʟʟᴀʜ ᴍᴇɴᴄᴜʀᴀʜᴋᴀɴ Rᴀʜᴍᴀᴛ-Nʏᴀ

Mᴇʀᴇᴋᴀ ᴍᴇɴᴜʀᴜɴᴋᴀɴᴋᴜ ᴋᴇ ʟɪᴀɴɢ ʟᴀʜᴀᴛ ᴅɢ ᴘᴇʀʟᴀʜᴀɴ

Iᴀ ʟᴀʟᴜ ʙᴇʀᴅɪʀɪ ᴅɢ ᴘᴇɴᴜʜ ʜᴏʀᴍᴀᴛ… Dᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴛᴇᴋᴀᴅ ʏᴀɴɢ ʙᴜʟᴀᴛ…

Mᴇɴᴀɴᴅᴀɪ ᴅɪʀɪ ᴅᴇɴɢᴀɴ ɴɪsᴀɴ  ʟᴀʟᴜ ʙᴇʀᴀɴᴊᴀᴋ ᴍᴇɴɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ

Dɪ ʟɪᴀɴɢ ᴋᴜʙᴜʀ ʏᴀɴɢ ɢᴇʟᴀᴘ ɪᴛᴜ, ᴛᴀᴋ ᴀᴅᴀ ʙᴀᴘᴀᴋ ʏᴀɴɢ ᴘᴇɴʏᴀʏᴀɴɢ

Tᴀᴋ ᴀᴅᴀ ɪʙᴜ, ᴀᴛᴀᴜ ᴘᴜɴ sᴀᴜᴅᴀʀᴀ ʏᴀɴɢ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛᴍᴜ sᴇɴᴀɴɢ

Dᴀɴ ᴅᴜᴀ sᴏsᴏᴋ ʏɢ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ɢᴇᴍᴇᴛᴀʀ ᴀᴋᴀɴ ᴘᴀsᴛɪ ᴅᴀᴛᴀɴɢ

Iᴛᴜʟᴀʜ ᴍᴀʟᴀɪᴋᴀᴛ Mᴜɴᴋᴀʀ ᴅᴀɴ Nᴀᴋɪʀ…

Aᴘᴀ ʏɢ ᴀᴋᴀɴ ᴋᴀᴜ ᴋᴀᴛᴀᴋᴀɴ ᴘᴀᴅᴀ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ?!

Dɪ sᴀᴀᴛ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ʏɢ ᴛɪᴍʙᴜʟᴋᴀɴ ʀᴀsᴀ ᴛᴀᴋᴜᴛ ᴅᴀɴ ᴋᴀɢᴇᴛ ᴛɪᴀᴅᴀ ᴛᴀʀᴀ

Mᴇʀᴇᴋᴀ ᴍᴜʟᴀɪ ᴍᴇɴᴅᴜᴅᴜᴋᴋᴀɴ, ᴅᴀɴ ᴍᴇɴɢɪɴᴛʀᴏɢᴀsɪ

Yᴀᴀ Aʟʟᴀʜ, ʜᴀɴʏᴀ Eɴɢᴋᴀᴜ ʏɢ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴍᴇɴʏᴇʟᴀᴍᴀᴛᴋᴀɴ

Sᴜɴɢɢᴜʜ ᴡᴀᴋᴛᴜ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴᴊᴇʀᴀᴛ & ᴛᴇʀɢᴀᴅᴀɪ ᴏʟᴇʜ ᴅᴏsᴀ-ᴅᴏsᴀ ᴋɪᴛᴀ

Aᴅᴀᴘᴜɴ ᴋᴇʟᴜᴀʀɢᴀ… sᴇᴛᴇʟᴀʜ ᴘᴜʟᴀɴɢ, ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ᴍᴇᴍʙᴀɢɪ-ʙᴀɢɪ ʜᴀʀᴛᴀ

Sᴇᴅᴀɴɢ ɪsᴛʀɪ/sᴜᴀᴍɪ… ᴀᴋᴀɴ sɪʙᴜᴋ ᴍᴇɴᴄᴀʀɪ ᴘᴇɴɢɢᴀɴᴛɪ sᴇᴘᴇɴɪɴɢɢᴀʟɴʏᴀ

Aᴅᴀᴘᴜɴ ᴀɴᴀᴋ-ᴀɴᴀᴋ… ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ʙᴇʀᴜʙᴀʜ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ ᴘᴇʀᴀɴᴛᴀᴜ ᴅᴜɴɪᴀ

Sᴇᴅᴀɴɢ ʜᴀʀᴛᴀ ᴋɪᴛᴀ… sᴇᴍᴜᴀɴʏᴀ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ ʜᴀʟᴀʟ & ʙᴀʀᴀɴɢ ɢʀᴀᴛɪs ᴜᴛᴋ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ

Oʟᴇʜ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ɪᴛᴜ, ᴊᴀɴɢᴀɴʟᴀʜ ᴇɴɢᴋᴀᴜ ᴛᴇʀᴋᴇᴄᴏʜ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴅᴜɴɪᴀ & ᴘᴇʀʜɪᴀsᴀɴɴʏᴀ!

Lɪʜᴀᴛʟᴀʜ ᴀᴘᴀ ʏᴀɴɢ ᴅɪᴘᴇʀʙᴜᴀᴛɴʏᴀ ᴋᴇᴘᴀᴅᴀ ᴛᴇᴍᴘᴀᴛ ᴛɪɴɢɢᴀʟ ᴅᴀɴ ᴋᴇʟᴜᴀʀɢᴀɴʏᴀ

Lɪʜᴀᴛʟᴀʜ ᴏʀᴀɴɢ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀʜᴀsɪʟ ᴍᴇɴɢᴜᴍᴘᴜʟᴋᴀɴ ᴅᴜɴɪᴀ sᴇɪsɪɴʏᴀ

Aᴘᴀᴋᴀʜ ɪᴀ ᴀᴋᴀɴ ᴘᴇʀɢɪ ᴅᴀʀɪ ᴅᴜɴɪᴀ ᴅɢ sᴇʟᴀɪɴ ʜᴀɴᴜᴛʜ & ᴋᴀfᴀɴɴʏᴀ?!

Bᴇʀsɪᴋᴀᴘʟᴀʜ qᴏɴᴀ’ᴀʜ ᴅᴀɴ ʀᴇʟᴀ ᴛᴇʀʜᴀᴅᴀᴘ ᴅᴜɴɪᴀ!

Wᴀʟᴀᴜ ᴋᴀᴜ ʜᴀɴʏᴀ ᴍᴇᴍɪʟɪᴋɪ ʙᴀᴅᴀɴ ʏᴀɴɢ sᴇʜᴀᴛ ᴅᴀɴ ʜɪᴅᴜᴘ sᴇᴅᴇʀʜᴀɴᴀ

Wᴀʜᴀɪ ᴘᴇɴᴀɴᴀᴍ ᴋᴇʙᴀɪᴋᴀɴ… ᴘᴀsᴛɪ ᴋᴀᴜ ɴᴀɴᴛɪ ᴀᴋᴀɴ ᴍᴇᴍᴀɴᴇɴ ʙᴜᴀʜɴʏᴀ

Wᴀʜᴀɪ ᴘᴇɴᴀɴᴀᴍ ᴋᴇʙᴜʀᴜᴋᴀɴ… ᴘᴀsᴛɪ ᴋᴀᴜ ᴀᴋᴀɴ ᴅɪᴍɪɴᴛᴀɪ ᴛᴀɴɢɢᴜɴɢ ᴊᴀᴡᴀʙɴʏᴀ

Dᴀɴ ᴍᴜʟᴀɪʟᴀʜ ʙᴇʀᴀᴍᴀʟ ʏᴀɴɢ ʙᴀɪᴋ, sᴇᴍᴏɢᴀ Aʟʟᴀʜ SWT ᴍᴇRᴀʜᴍᴀᴛɪɴʏᴀ

Sᴇᴍᴏɢᴀ ᴇɴɢᴋᴀᴜ ʀᴀɪʜ ʙᴀʟᴀsᴀɴ ᴋᴇʙᴀɪᴋᴀɴ, sᴀᴀᴛ ᴍᴇʟᴇᴡᴀᴛɪ ᴋᴇᴍᴀᴛɪᴀɴ

Sᴇᴍᴏɢᴀ sʜᴏʟᴀᴡᴀᴛ ᴛᴇʀᴄᴜʀᴀʜᴋᴀɴ ᴋᴇᴘᴀᴅᴀ Nᴀʙɪ ᴅᴀɴ Pᴇɴɢʜᴜʟᴜ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

Sᴇɢᴀʟᴀ ᴘᴜᴊɪ ʙᴀɢɪ Aʟʟᴀʜ SWT………………….

Yᴀɴɢ sᴇᴛɪᴀᴘ ᴘᴀɢɪ,sᴏʀᴇ & ᴍᴀʟᴀᴍ sᴇʟᴀʟᴜ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪ ᴋɪᴛᴀ ᴋᴇʙᴀɪᴋᴀɴ

Jᴜɢᴀ ᴍᴀᴀf, ᴋᴇ-ɪʜsᴀɴ-ᴀɴ, ᴅᴀɴ ʙᴀɴʏᴀᴋ ʟᴀɢɪ ᴘᴇᴍʙᴇʀɪᴀɴ

Dᴀɴ ʀᴀɪʜʟᴀʜ ᴘᴀʜᴀʟᴀ ᴋᴇʙᴀɪᴋᴀɴ ᴅᴀʀɪ Aʀ-Rᴏʜᴍᴀɴ,

Yᴀɴɢ ᴍᴇᴍɪʟɪᴋɪ ʙᴀɴʏᴀᴋ ᴘᴇᴍʙᴇʀɪᴀɴ!

─╔╦══╦═╦═╦╦══╗╔╗╔╗
╔╝║╔╗║╦╣║║║╔═╣║║╠╬╦╦═╗
║╬║╠╣║╩╣║║║╚╗║║╚╣║╔╣╬╚╗
╚═╩╝╚╩═╩╩═╩══╝╚═╩╩╝╚══╝________________

Minggu, 26 Desember 2010




Bentar lagi tahun 2010 akan meninggalkan kita semua..... tahun ini (2010) adalah tahun yang sangat sulit bagi saya, tahun dimana Palu Godam yg sangat besar menghantam dada saya... membuat remuk isi didalamnya. Tapi dengan remuknya isi dalam dada semoga tergantikan dengan isi yang baru, karena saya percaya bahwa Apabila hati berubah, perbuatan akan berubah. Apabila perbuatan berubah, tabiat akan berubah. Apabila tabiat berubah, manusia yang hidup akan berubah. Apabila manusia yang hidup berubah, nasib akan berubah. Amiin Yaa Allah.

Jumat, 24 Desember 2010

RACUN DALAM DIRI

Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, laridari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab,
padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.
Antibodinya : Realitas
Cara : Berhentilah menipu diri.
Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah
karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya
dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi.
Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas
dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.

Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik pernikahan, kesulitan seksual.
Antibodinya : Keberanian
Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan.
Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi.
Keberanian adalah pertahanan diri paling ampuh.
Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar.
Kebenarian merupakan merupakan proses reedukasi.
Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.

Racun ketiga : Egoistis
Gejalanya, Nyiyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.
Antibodinya : Bersikap sosial.
Cara : Jangan mengeksploitasi teman.
Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain.
Perlu diketahui orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya : Ambisi
Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa depan kita.
kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.
Antibodinya : Keyakinan diri.
Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang yakin dirinya aka kalah.
Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih.
Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.

Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya : Rendah hati.
Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman,
karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia.
Hindari sikap sok tahu.
Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain
sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di dunia.
Antibodinya : Sublimasi
Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri.
Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain.

Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya : Kerja
Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja.
Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.
Antibodinya : Kontrol diri
Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri.
Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita.
Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.

Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya : Cinta kasih
Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan.
Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan.
Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain.
Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta.
Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Simpanlah paket tiket untuk perasaan tidak bahagia dan mengaculah pada paket tiket ini saat kita sedang mengalami rasa depresi dan tidak bahagia.
Gunakan sebagai sarana pertolongan pertama dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindar dari ketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang

PERCAKAPAN KOPI, BIR, TEH, DAN AIR PUTIH

semoga cerita dibawah ini menjadikan kita lebih bijak dalam mengarungi kehidupan kita.
berikut percakapan berbagai minuman:

Kopi : “Janganlah kamu meremehkan secangkir kopi kecil seperti saya.
Hargaku cukup mahal. Orang yang minum saya mendapatkan hasil menakjubkan.
Jiwa mereka jadi enteng dan rasa lelah pun akan hilang sehingga tidak lagi ngantuk”

Bir : “Mana bisa kopi dibandingkan dengan air seperti saya.
Bir adalah minuman terbaik di dunia. Setelah minum, orang akan menjadi bersahabat dan romantis.
Selain itu, bir lebih mahal dari kopi, bisa 8x lipat dari harga kopi. Belum termasuk tip lho!”

Kopi : “Oke.. Walaupun saya bukan yang terbaik, saya lebih baik dari yang lain.
Paling tidak saya harus bertanya kepada segelas air jernih untuk lebih meyakinkan.
Ia hanya minuman gratis di meja ini. Ia tidak berharga sama sekali. Haha.. Menggelikan!”

Air jernih : ” Jangan memandang rendah saya.
Walaupun saya lebih tak berharga dibanding kalian dalam restoran ini,
di gurun pasir saya adalah minuman yang paling menyenangkan”

Teh : “Air jernih masuk akal. Ijinkanlah saya, Merk Special teh poci memberikan penjelasan.
Di dunia ini, tidak ada perbedaan nyata atas segala sesuatu yang berharga.
Segalanya berharga dan indah apa adanya.
Dalam batas-batas nilai uang, teh yang bagus, seperti diriku berharga Rp.50.000.-/ons.
Saya tidaklah lebih murah dari kalian berdua.
Banyak orang tak peduli pada kopi dan bir, tapi mempunyai minat khusus pada diriku.
Dalam menulis dan berpikir, secangkir kopi adalah teman yang baik.
Saat bergaul dan perayaan, segelas bir yang baik akan terasa begitu menyenangkan.
Dan untuk menghilangkan haus dan menambah cairan tubuh,
air jernih adalah yang penting sebagai penyelamat hidup.
Maka itu, segala sesuatu di dunia ini memiliki kualitas unik masing-masing.
Tak perlu membandingkan dirimu dengan orang lain.
Bila kamu air, perankanlah air sebaik-baiknya. Bila kamu kopi, perankanlah kopi sebaik-baiknya”

Segala sesuatu adalah diri sendiri, tak perlu memutuskan baik vs buruk.
Jika kamu adalah segelas air jernih, jangan merasa rendah diri. Air mempunyai artinya sendiri …..

so... sekarang kita siapa shob.. ?
pelajar, jadilah pelajar yang tekun,
petani, jadilah petani yang baik
guru, jadilah guru yang bijak,
pedagang, jadilah pedagang yang jujur,
pejabat, jadilah pejabat yang amanah,

kalau semua orang jadi polisi, siapa yang akan jadi petani..?
kalau semua orang jadi guru, siapa yang akan jadi murid?

tidak ada gunanya kita merasa lebih hebat dari yang lain.
kalau hanya akan menyakiti saudara kita yang lain.
semua orang sama dihadapan tuhan.

KASIH SAYANG BERSAUDARA

Ini sebuah kisah mengharukan seorang kakak wanita dengan adik lelakinya, semoga menginspirasi kita semua.
(di kutip dari sebuah cerpen karangan Echo Pasbhara)
__________________________________________________________________________________

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit.
Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya,
Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya.
Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan,
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.
Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang,
hal memalukan apa lagi yang akan kamulakukan di masa mendatang? ...
Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami.
Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.
Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin.
Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku.
Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP,
ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.
Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.
Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas,
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.
" Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.
Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata,
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya;
kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,
adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering.
Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.
" Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,
dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun,
dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi,
aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku,
ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan,
"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.
Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku.
Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu?
Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.
Aku menyapu debu- debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku,
"Aku tidak perduli omongan siapa pun!
Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu- kupu.
Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan,
"Saya melihat semua gadis kota memakainya.
Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi.
Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah,
kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"
Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku.
Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit.
Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu.
Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya,
dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota.
Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami,
tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,
ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu,
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini.
Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius.
Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan.
Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku.
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu.
Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya,
"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.

Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya.
Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.
Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,
di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

shobat.. hal terpenting dalam hidup bukanlah harta, jabatan, tapi cinta kasih keluargalah yang utama.
karena berapapun harganya, tidak akan ada yang sanggup membayarnya.

BICARALAH DENGAN BAHASA HATI

Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.

Semua itu haruslah berasal dari hati anda.
Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.

Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda, namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan
merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai
gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan anda