Rabu, 26 Januari 2011

Jangan Biarkan Hasrat Wanita Terpendam!



Di Indonesia, dan juga di banyak negara lain, banyak orang berpendapat, bahwa yang disebut wanita atau istri ‘baik-baik’ tidak diperbolehkan menunjukkan atau tidak boleh mempunyai dorongan seksual yang spontan. Yang dimaksud dorongan seksual disini bukanlah dorongan sentimental untuk ‘jatuh cinta’, tetapi dorongan fisik, atau dorongan psikologis yang kuat untuk berhasrat seksual. Dorongan ini sebenarnya merupakan impuls yang kreatif, dan merupakan ekspresi yang kuat dalam kehidupan.

Di banyak negara termasuk di negara kita, biasanya wanita yang menunjukkan atau mempunyai hasrat dan dorongan ini, dianggap sebagai wanita ‘nakal’. Banyak wanita yang merasa lebih baik mati daripada malu mengakui bahwa terkadang mereka pun merasakan keinginan fisik dan dorongan seksual yang tidak dapat digambarkan dengan kata kata, tetapi dirasakan sebagai perasaan yang serupa dengan rasa lapar ini.



Salah satu teori mengapa wanita (yang telah menikah) merasa harus menyembunyikan hasratnya, adalah karena kondisi sosial, yang menempatkan posisi wanita bergantung pada pria, secara ekonomi dan sosial, sehingga menyebabkan pula ketergantungan dalam kebutuhan hidup. Wanita sebagai pihak yang bergantung, tidak mempunyai hak untuk meminta, dan harus menyembunyikan, menahan dan menghilangkan impuls natural seksualnya.

Bagi wanita yang belum menikah dan sedang berpacaran, mungkin dorongan itu sebaiknya memang dihindari dan diredam dahulu. Karena menurut penelitian, apabila seorang wanita terlibat terlalu cepat secara seksual terhadap pacar atau seorang pria, maka wanita tersebut terpaksa membeberkan berbagai rahasia penting dalam hidupnya, tanpa memikirkan dahulu secara masak apakah pria ini dapat dipercaya atau tidak. Hubungan seksual yang terlalu dini ini akan mengeruhkan pikiran wanita tersebut, sehingga ia tidak dapat berpikir secara obyektif untuk memutuskan berbagai keputusan yang penting untuk dirinya kelak. Seperti untuk memutuskan apakah pria ini memang benar-benar cocok untuknya, dan apakah pria ini dapat menjadi suami yang baik baginya.

Tetapi lain lagi masalahnya bagi wanita yang telah menikah. Dorongan seksual ini justru harus ditimbulkan, dinikmati dan dibina saat datang, dan dipupuk agar berkembang. Karena kenikmatan dalam kedekatan hubungan suami istri, merupakan penyegar dan pemelihara komunikasi dalam sebuah perkawinan. Terkadang kaum pria sering membuat hubungan seksual hanya sebagai kebiasaan yang regular, tanpa memperhatikan apakah si wanita sedang berhasrat atau tidak. Keadaan seperti ini dapat menurunkan ambang hasrat wanita, dan lama kelamaan akan memudarkan hasratnya. Disini wanita hanya dianggap sebagai alat pasif guna memenuhi kebutuhan dasar pria. Para pria itu kemudian mengeluh, bahwa istri-istri ‘baik’ mereka kurang memiliki hasrat dan dorongan seksual, yang sebenarnya disebabkan karena tindakan mereka sendiri yang menganggap wanita sebagai pemenuh kebutuhan, tidak peduli kapan wanita sedang berhasrat atau tidak.

Saat wanita sedang tidak berkeinginan untuk melakukan hubungan seksual, tetapi terpaksa harus memenuhi kebutuhan suami, maka hubungan seksual ini akan menipiskan gairahnya, dan akan menurunkan kemampuannya untuk menikmati hubungan saat ia berada di periode bergairah nantinya. Jadi, sebenarnya yang terbaik adalah membuat si wanita juga berhasrat sesering atau seirama dengan hasrat sang suami. Bagaimana caranya?

Laki-laki sering diumpamakan seperti lampu. Mereka mempunyai ‘switch on and off’ untuk dorongan seksualnya. Yang penting bagi mereka adalah ‘goal’ nya tercapai, yaitu mencapai puncak. Tetapi bagi wanita, dorongan dan hubungan seksual dinikmati sebagai suatu pengalaman yang mengasyikkan. Maka apabila laki-laki dapat mencoba untuk membuat keintiman ini berorientasi pada pengalaman, menikmatinya menjadi sebuah proses, dan bukan hanya memikirkan hasil, maka wanita akan merasa dimengerti kebutuhan emosinya, dan dipuaskan kebutuhannya akan cinta. Dalam situasi seperti ini, banyak hal yang tidak pernah dibayangkan dapat terjadi. Amazing things will happen!

Sex dalam kehidupan rumah tangga, dapat disamakan seperti uang. Apabila kita memilikinya, maka sex dan uang merupakan bagian dari hidup kita, tak terpisahkan, namun tak terlalu terlihat pentingnya. Tetapi apabila kita tidak memilikinya, maka ia akan selalu merupakan topik utama yang dipikirkan dan merupakan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan selalu berusaha dicari solusinya.

Berbagai masalah dapat dihadapi, yang akan mengganggu kehidupan sex rumah tangga. Mulai dari pertengkaran, tekanan di kantor, tekanan dari mertua, tidak percaya diri, sampai adanya pihak ketiga. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tidak didapatkan, semakin sex menjadi topik yang selalu muncul dalam pikiran, bukan hanya bagi pria, tetapi juga bagi wanita.

Contoh jelasnya adalah telah dilakukan penelitian terhadap para istri yang ditinggalkan beberapa bulan oleh para suami mereka karena tugas kantor, para istri tersebut sangat meninginkan kehangatan dari para suaminya. Dan ternyata keinginan atau dorongan seksual ini mempunyai kurva yang lebih tinggi pada seminggu sebelum dan sesudah menstruasi.

Menurut kurva ini, dorongan seksual wanita meninggi beberapa hari sebelum menstruasi, kemudian menurun selama menstruasi, dan meningkat lagi beberapa hari setelah menstruasi hingga memuncak, kemudian menurun, dan pelan pelan lagi meningkat sampai beberapa hari sebelum menstruasi lagi. Di saat-saat ini seorang istri dapat memaksimalkan dorongannya, untuk membuat hal-hal baru dalam variasi hubungan seksual, agar tidak terjadi kebosanan.

Ada penelitian lain yang menunjukkan dorongan seksual paling tinggi terjadi saat wanita mengalami menstruasi, walau banyak yang tidak menyetujui hubungan seksual saat wanita menstruasi karena alasan kesehatan. Salah satunya adalah karena saat menstruasi, mulut rahim lebih terbuka untuk mengeluarkan darah dari selaput lendir rahim, sehingga apabila dilakukan hubungan seksual, akan mempermudah masuknya kuman ke dalam rahim yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada genitalia wanita.

Tetapi hasil ternyata penelitian ini tidak terjadi pada semua wanita, karena dorongan seksual pada wanita sangatlah kompleks, dan terutama juga didukung oleh suasana hati. Karena wanita terutama akan lebih terdorong dan berhasrat, apabila disertai dengan perasaan dicintai dan mencintai. Seperti ungkapan dalam serial film ‘Sex and the city’, bahwa wanita akan lebih melicinkan dan membuka jalan, apabila hatinya pun telah terbuka dan terengkuh oleh cinta.

Berbagai efek samping dari kelelahan, kehidupan kota besar yang penuh persaingan dan berbagai masalah yang terus tertumpuk tak terselesaikan dengan suami, bertahun-tahun dalam perkawinan, akan memupuskan dorongan dan hasrat wanita. Sekali ini terjadi, maka akan sulit untuk mendapatkan kembali dorongan seksual yang spontan dari diri su wanita terhadap sang suami.

Belajar dari pengalaman ini, maka jangan biarkan hubungan keintiman antar suami istri renggang dalam waktu yang cukup lama. Carilah penyebabnya, dan koreksilah sebelum terlambat. Berbagai upaya dapat diusahakan. Seperti mencari berbagai variasi kenikmatan baru, mulai dari aromaterapi, ‘massage’, lilin, sampai perubahan dekor ruangan. Dapat juga berpura-pura seperti kencan pertama, atau beradegan sesuai fantasi, seperti di yang ada di film-film. Dapat pula menginap di tempat yang berbeda dari biasanya. Harus dicamkan, tak dapat dipungkiri, bahwa otak adalah sumber segalanya. Imaginasi, konsentrasi, ketenangan, kebahagiaan, dapat menghasilkan hubungan seksual yang maksimal.

Jangan takut bagi para wanita, untuk menunjukkan dorongan, hasrat dan kebutuhan seksual terhadap suaminya. Mungkin ada tipe suami yang tidak senang apabila istrinya bersikap agresif. Jangan salah, bahwa dorongan seksual tidak harus selalu ditunjukkan dengan sikap agresif. Dapat juga ditunjukkan dengan sikap membujuk, mengajak, bahkan dengan sikap sombong ataupun sikap malu-malu. Dengan adanya dorongan dan kebutuhan seksual yang terus dipupuk dalam rumah tangga, diharapkan wanita akan lebih bersemangat dan ber’positif thinking’ dalam hidupnya. Merasa dihargai, dicintai, dan dipuaskan. Sehingga juga bisa menghargai, mencintai dan memuaskan sang suami dengan bahagia. “Amazing things will happen.. on the way to heaven”.