Rabu, 30 Maret 2011

FARFUM DISUKAI MANUSIA

farfum dalam berbagai botol
Farfum dalam berbagai botol

.
Tidak ada makhluk di dunia ini segila manusia dalam hal penggunaan parfum. Mulai dari lahir hingga mati, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi manusia begumul dengan parfum. Mulai dari yang miskin sampai yang kaya manusia tidak dapat menghindar dari parfum. Malahan semakin kaya manusia, semakin mahal biaya parfum yang digunakannya. Apakah dengan demikian manusia juga makhluk paling wangi? Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa aroma, fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk tubuh manusia, obyek, makanan, minuman, atau ruangan. Jumlah dan tipe pelarut yang bercampur dengan minyak wangi menentukan apakah suatu parfum dianggap sebagai ekstrak parfum, Eau de parfum, Eau de toilette, atau Eau de Cologne.
Penggunaan parfum sudah ada ribuan tahun yang lalu. Kata “parfum” berasal dari bahasa Latin per fume yang secara harafiah berarti “melalui asap”. Ini mungkin berkaitan dengan salah satu penggunaan parfum tertua saat manusia melakukan pembakaran dupa dan herbal aromatik yang digunakan dalam pelayanan keagamaan.
Konon orang Mesir adalah yang pertama yang menggunakan parfum ke dalam budaya mereka diikuti oleh orang-orang Cina kuno, Hindu, Israel, Kartago, Arab, Yunani, dan Roma. Penggunaan botol parfum yang paling awal dilakukan oleh orang Mesir pada sekitar 1000 SM. Penemuan kaca oleh orang Mesir umumnya digunakan untuk pembuatan botol parfum.
Bermacam-macam parfum dibuat dari berbagai bahan, yaitu:
(1) Bright Floral, merupakan kombinasi dari berbagai bunga;
(2) Green, merupakan perkembangan dari parfum Cyprus yang terdiri dari bahan pohon Cemara dan Damar;
(3) Fruity, yang mengambil sari buah-buahan sebagai bahan utamanya;
(4) Gourmand, merupakan campuran Vanila dan Tonika Bean (seperti biji kopi tapi digunakan untuk membuat parfum); dan
(5) Ocean/Ozone, merupakan jenis parfum terbaru dalam sejarah parfum.

Parfum digunakan oleh manusia sejak mereka lahir. Saat bayi lahir ia diberi minyak telon yang mengandung parfum. Pada saat manusia meninggal mereka dimandikan dengan sabun yang mengandung parfume. Ketika dikebumikan atau dikremasi pun jasadnya diolesi dengan parfume.
Waktu manusia bangun tidur hidungnya mencium bau parfum dari pengharum kamar tidur dan racun nyamuk, bau cairan harum saat istrinya mengepel lantai, gosok gigi dengan odol berparfum, mandi dengan sabun berparfum. Masakan di dapur menyebarkan bau parfum. Itu pun masih ditambah pewangi di pakaiannya dan di ruangan kamar mandi.
Berangkat ke sekolah atau ke kantor, manusia masih ingin mencium bau wangi sehingga mobilnya diberi parfum. Di jalan berpapasan dengan orang-orang berparfum. Begitu tiba di kantor, manusia disambut dengan aroma parfum.
Parfum juga merupakan media komunikasi. Untuk membangun citra melalui komunikasi, misalnya, manusia memanfaatkan parfum. Komunikasi yang efektif sering ditentukan atau didukung oleh penggunaan parfum. Rapat-rapat perusahaan diikuti oleh orang-orang berkedudukan tinggi dengan parfum yang bergengsi dengan harga mulai puluhan ribu hingga jutaan rupiah.
Parfum sudah menjadi bagian dari budaya. Budaya tercermin dalam persepsi, sikap, dan perilaku manusia berparfum. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Barang siapa tidak berparfum, ia tidak dapat turut serta secara penuh dalam aktivitas budaya manusia. Barang siapa tidak berparfum, ia manusia yang berbudaya rendah dan ia akan disisihkan ke area miskin, terbelakang, tidak modern. Begitulah manusia pada umumnya dalam memaknai parfum.
Jadi, manusia suka akan bau wangi pada fisiknya dan lingkungan ia berada. Namun hasrat manusia terhadap bau wangi tubuhnya sering tidak diimbangi dengan bau wangi perilakunya. Manusia yang miskin harta sehingga tidak mampu untuk membuat wangi tubuhnya malahan perilakunya lebih wangi daripada mereka yang kaya harta.
Manusia miskin kadangkala tidak tergoda menjadi kaya tatkala menemukan uang ratusan juta di tong sampah yang kemudian dikembalikan kepada yang berhak memilikinya, misalnya. Sementara beberapa manusia kaya masih suka mengambil harta milik manusia-manusia lain dengan cara menipu, membodohi, atau korupsi.
Manusia perlu diingatkan kembali tentang citra dirinya. Beberapa di antaranya lupa bahwa citra diri dibangun dari gambaran mereka seutuhnya melalui sikapnya, sopan-santunnya, kejujurannya, kearifannya, kasih-sayangnya, ketakwaannya, dan hal-hal baik lainnya yang disepakati masyarakatnya. Citra diri tidak semata ditentukan oleh bau wangi tubuhnya melainkan juga bau wangi seluruh kemanusiaan yang ada padanya. Sudahkah kita saat ini wangi dalam segala sisi kemanusiaan kita?