Jumat, 23 Agustus 2013

PINTAR PINTAR

Dari percakapan dan sumber berita yang cukup dapat dipercaya, beberapa orang sahabat kami yang dulu selalu termasuk jajaran paling pintar, ternyata kehidupannya sekarang malah dapat dikatakan kurang sukses dan hidupnya cukup bermasalah, sehingga sepertinya menarik diri dari pergaulan karena barangkali risih dan tidak suka kalau kehidupan pribadinya diketahui oleh teman yang lain.

Maaf, saya bukan hakim yang bisa menghakimi ukuran kebahagiaan dan kebenaran, tapi secara umum ciri ciri orang bahagia dan sukses itu memiliki kemiripan yaitu berwajah ceria, suka tersenyum, senang bergaul dan suka berbagi dengan sesama. Bahagia dan sukses itu tidak  mutlak berhubungan langsung dengan uang. Tapi yang pasti juga orang sukses dan bahagia tidak hidup dari pengasihan dan sedekah orang lain.

Ketika obrolan kami lanjutkan lebih mendalam dengan sedikit lebih serius, maka dari percakapan sederhana, dapat saya simpulkan bahwa memang kenyataannya  pintar di sekolah belum tentu menjadi jaminan sukses dan bahagia dalam kehidupan. Mengapa ?

Ketika duduk di bangku sekolah, para siswa dijejali dengan sejumlah teori, dan pendidikan dasar untuk kemudian dikembangkan dan diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata. Pendidikan formal memang pada kenyataannya lebih menekankan pada proses pemintaran secara teori. Jangan salah, teori dan dasar dasar ilmu mutlak diperlukan. Dengan bersekolah siswa diajar untuk mampu berpikir logis dan sistematis.

Begitu masuk dalam aplikasi kehidupan nyata, keadaan bisa berubah, dan tidak selamanya teori sejalan dengan kondisi lapangan. Selalu ada faktor “x” yang menentukan kesuksesan seseorang diluar kemampuan akademisnya.

Faktor faktor lain inilah yang kemudian dikembangkan oleh para pakar psikologi dan ilmu sosial sebagai faktor kecerdasan emosional, kecerdasan melihat dan menangani situasi, maupun kecerdasan sosial atau kepintaran bergaul.  Sukses dalam kehidupan itu memang tidak semata mata ditentukan oleh cemerlangnya nilai akademis, tapi bagaimana seseorang itu dapat   menggabungkan semua ilmu dan keahlian sehingga menjadi  pribadi yang “pintar-pintar”.

Saya ingin membagi beberapa hal yang menjadi sudut pandang mencapai  kesuksesan (yang saya kutip dari beberapa orang yg yg sudah sukses).  Menurut saya kepintaran seseorang secara sederhana dapat dinilai berdasarkan tindakan nyata dan cara menentukan pilihan dalam menjalani  kehidupan  yang tidak rumit, dan applicable.

- Jika belum bisa menentukan dengan jelas apa yang kita inginkan, paling tidak kita harus tahu apa yang ” tidak ” kita inginkan.

- Kita tidak punya cukup waktu untuk melakukan semua kesalahan agar dapat belajar dari pengalaman. Maka jadikan pengalaman orang lain sebagai bahan pembelajaran .

Ketika kita melihat pengalaman orang lain misalnya jatuh miskin karena berjudi, maka kita tidak harus menjadi penjudi untuk memastikan bahwa teori ini benar adanya. Mengapa tidak mengambil hikmah dari prinsip kehidupan umum misalnya ketekunan dan kerja keras serta sikap hemat adalah jalan yang baik dan benar untuk menjadi makmur.  Belajarlah  dari pengalaman orang lain, dan jadikan itu bekal bagi kita untuk lebih pintar menentukan pilihan.

- Yang berkualitas dan baik, selalu membutuhkan waktu dan upaya untuk bisa diraih. Ini berlaku dalam bidang pendidikan,  dunia pekerjaan maupun dalam hubungan antar sesama dan rumah tangga.

Hampir tidak ada yang baik dan berkualitas bisa diraih dengan proses instan dan potong kompas kiri - kanan. Itu sebabnya para orang tua jaman dahulu selalu mengatakan bahwa waktu akan mengatakan yang sebenarnya. Saya tidak mengatakan bahwa dalam segala sesuatu kita harus duduk menunggu dengan  terlalu sabar untuk bisa mendapatkan hasil yang baik, tapi saya mengatakan bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya. Ada time limit, ada periode rasional yang menjadi standard.

Kebaikan dan kualitas itu memerlukan waktu yang cukup untuk dapat dibuktikan.
 
 
 
MAU PINTAR ? MINUM TOLAK ANGIN