Selasa, 06 Agustus 2013

RENUNGAN MENJELANG BERAKHIRNYA RAMADHAN 1434 H

Akan selalu ada orang-orang yang lemah dan putus asa dalam setiap pendakian. Hanya mereka yang memiliki tekad yang kuat, yang mampu menggapai puncak. Ketika telah mencapai puncak, maka lelah yang menggerogoti pun hilang seketika. Puncak Ramadhan, tentulah hari raya. Setelah lelah selama kita beribadah pada bulan Ramadhan, kita pun akhirnya merasakan kebahagiaan pada perayaan hari raya, perayaan bagi pendaki-pendaki sejati. Kita pun ingin kembali merasakan semangat ibadah yang berkobar. Ingin mengulangi moment itu lagi, karena ibadah kini bukan lagi suatu paksaan, akan tetapi telah menjadi suatu kenikmatan. - See more at: http://gunungkidulonline.com/renungan-menjelang-akhir-ramadhan-kita/#sthash.EpWCRQjO.dpuf
Akan selalu ada orang-orang yang lemah dan putus asa dalam setiap pendakian. Hanya mereka yang memiliki tekad yang kuat, yang mampu menggapai puncak. Ketika telah mencapai puncak, maka lelah yang menggerogoti pun hilang seketika. Puncak Ramadhan, tentulah hari raya. Setelah lelah selama kita beribadah pada bulan Ramadhan, kita pun akhirnya merasakan kebahagiaan pada perayaan hari raya, perayaan bagi pendaki-pendaki sejati. Kita pun ingin kembali merasakan semangat ibadah yang berkobar. Ingin mengulangi moment itu lagi, karena ibadah kini bukan lagi suatu paksaan, akan tetapi telah menjadi suatu kenikmatan. - See more at: http://gunungkidulonline.com/renungan-menjelang-akhir-ramadhan-kita/#sthash.EpWCRQjO.dpuf
 Akan selalu ada orang-orang yang lemah dan putus asa dalam setiap pendakian. Hanya mereka yang memiliki tekad yang kuat, yang mampu menggapai puncak. Ketika telah mencapai puncak, maka lelah yang menggerogoti pun hilang seketika. Puncak Ramadhan, tentulah hari raya. Setelah lelah selama kita beribadah pada bulan Ramadhan, kita pun akhirnya merasakan kebahagiaan pada perayaan hari raya, perayaan bagi pendaki-pendaki sejati. Kita pun ingin kembali merasakan semangat ibadah yang berkobar. Ingin mengulangi moment itu lagi, karena ibadah kini bukan lagi suatu paksaan, akan tetapi telah menjadi suatu kenikmatan.


Ritual, itulah yang menjadikan kita tak pernah fokus pada Ramadhan kita. Ritual hari raya yang unik, yang memang menjadi ciri khas negara kita. Kita patut berbangga, karena ritual itu hanya negara kita yang punya. Namun, sebatas apa kita harus berbangga pada ritual yang unik tersebut, dikala pada saat yang sama, kita harus kehilangan makna Ramadhan yang sesungguhnya. Mengapa justru dikala Ramadhan, tetap terjadi banyak perampokan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Inikah tanda-tanda hilangnya keberkahan Ramadhan di negara tercinta ini. Berulang kali bangsa ini menyambut Ramadhan, namun berulang kali pula korupsi, perzinaan, kriminalitas terjadi dinegara ini. Jumlahnya pun selalu meningkat dari tahun ke tahun. Aksi pembunuhan dan perampokan dilakukan dengan semakin sadis, kasus pornografi serta prostitusi tak juga berujung usai.

Akan selalu ada orang-orang yang lemah dan putus asa dalam setiap pendakian. Hanya mereka yang memiliki tekad yang kuat, yang mampu menggapai puncak. Ketika telah mencapai puncak, maka lelah yang menggerogoti pun hilang seketika. Puncak Ramadhan, tentulah hari raya. Setelah lelah selama kita beribadah pada bulan Ramadhan, kita pun akhirnya merasakan kebahagiaan pada perayaan hari raya, perayaan bagi pendaki-pendaki sejati. Kita pun ingin kembali merasakan semangat ibadah yang berkobar. Ingin mengulangi moment itu lagi, karena ibadah kini bukan lagi suatu paksaan, akan tetapi telah menjadi suatu kenikmatan. - See more at: http://gunungkidulonline.com/renungan-menjelang-akhir-ramadhan-kita/#sthash.EpWCRQjO.dpuf
 Patutlah kita bersedih hati, sebab Ramadhan seakan-akan tak pernah lagi meninggalkan jejak kebaikan dalam diri kita. Ramadhan seolah bulan tanpa makna, tiada yang spesial, sehingga kita tidak memperlakukannya dengan istimewa. Allah telah memberi keistimewaan pada bulan Ramadhan, agar kita bersemangat dalam mengakselerasi derajat ketakwaan kita. Anugerah yang besar ini, tentu tak patut untuk disia-siakan. Kita seharusnya merasa seperti orang yang kelaparan, bersemangat dalam menyantap hidangan pahala yang Allah sajikan di bulan yang penuh berkah ini. Atau, kita seharusnya beraksi sebagaimana halnya pendaki. Bersemangat untuk merengkuh puncak. Sebab, puncak gunung menyajikan panorama alam yang teramat mempesona. Lelah, tetesan keringat, dan hawa dingin tiada lagi peduli. Godaan untuk menyerah pun terabaikan. Semangat terus berkobar demi meraih puncak.

 Oleh karenaNya, di waktu yang masih tersisa ini, kita masih bisa memberikan yang terbaik untuk Ramadhan kita kali ini.

Wallahua’lam