Kompak,
merupakan kata-kata yang sering diucapkan dalam suatu kelompok tertentu.
Istilah ini identik dengan kebersamaan, yaitu bersama-sama melakukan suatu hal
untuk tujuan tertentu. Namun belum tentu orang-orang memahami sepenuhnya arti
sebuah kekompakan. Alasannya, terkadang dalam suatu komunitas dengan jumlah
anggota tertentu ketika kelompok tersebut melakukan kegiatan, tidak semua dari
anggotanya ikut serta dalam kegiatan tersebut. Sehingga sering dari beberapa
anggota mengatakan bahwa anggota yang tidak ikut itu tidak kompak dan memandang
anggota yang tidak kompak telah melakukan sebuah kesalahan atau hal yang tidak
baik.
Sering kali
dalam suatu kelompok, ada anggota yang berfikir mengapa anggota mereka
ada yang tidak kompak. Mereka beranggapan kekompakan sebagai kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama saja, sehingga jika ada anggota kelompok
yang tidak ikut dalam kegiatan tersebut akan masuk dalam kategori tidak kompak.
Dari permasalahan ini sering berakibat terjadi perpecahan dikarenakan masalah
kompak dan tidak kompak ini. Lalu apakah sesungguhnya makna dari sebuah
kekompakan? Dalam situasi apa saja kekompakan itu dibutuhkan? Bagaimanakah cara
agar suatu kelompok dapat menjadi kompak? Apa saja faktor penghambat dan
pendukung sebuah kekompakan? Berikut kami utarakan beberapa opini mengenai
kekompakan dengan harapan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan mencegah perpecahan
antar anggota dalam suatu kelompok.
Ada beberapa
pandangan yang bisa menjawab tentang definisi dari kekompakan. Dalam kamus
besar bahasa indonesia, kompak secara terminologis diartikan sebagai bersatu
padu (dalam menanggapi atau menghadapi suatu perkara). Secara istilah, tiap
orang memiliki pandangan masing-masing dalam memaknai kekompakan.
Menurut Titta
M. Habibi kekompakan itu adalah kebersamaan
dalam suatu kegiatan atau pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Dari
definisi tersebut kami menguraikan unsur dari sebuah kekompakan, yaitu adanya
visi dan misi yang jelas, adanya kesanggupan, dan kemauan anggota untuk
menjalankan visi dan misi. Satu hal lagi menurut kami yang harus ada adalah
saling percaya antar anggota. Karena apabila tidak terdapat rasa saling percaya
antara satu anggota dengan anggota yang lain, maka mustahil anggota kelompok
tersebut mau melakukan visi dan misi bersama-sama.
Kompak
sangatlah berhubungan erat dengan suatu kelompok tertentu. Setiap kelompok
memiliki tujuan yang ingin dicapai. Jadi kompak itu akan terjadi jika kelompok
itu saling bekerjasama dan merasakan susah senang perjuangan untuk mencapai
tujuan kelompok tersebut. Akan tetapi konteks tujuan dari kelompok tersebut
haruslah tujuan yang baik. Jika tujuan kelompok tersebut merupakan suatu
keburukan, kosa kata yang mungkin tepat untuk ini adalah ‘mafia’. Sepertinya kurang cocok untuk
menyebut kata 'kekompakan' dalam suatu kegiatan yang mengarah pada keburukan
atau hal-hal yang negatif. Malahan, kalau untuk keburukan atau bahkan
kejahatan, sepertinya lebih cocok untuk disebut dengan kata 'Mafia'.
Jadi,
kekompakan dalam suatu hal yang buruk, itu artinya 'mafia'. Simpelnya kalau
kita kompak dalam kejahatan atau paling tidak merestui atau tidak melarang
suatu bentuk keburukan maupun kejahatan, berarti kita termasuk mafia di dalam
kegiatan tersebut. Sekalipun kita bukanlah ujung tombak atau pelaksana dari
kegiatan itu.
Kerjasama
dan perasaan susah dan senang perjuangan untuk mencapai tujuan tentu tidak akan
bisa terjadi begitu saja tanpa adanya sebuah proses penyatuan visi dan misi.
Menurut kami, proses penyatuan visi dan misi hanya dapat dilakukan dengan musyawarah. Musyawarah adalah pembahasan
bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. Dalam
proses ini, setiap anggota kelompok bebas mengutarakan pendapatnya, mengutarakan
masalah-masalah yanng ada dan yang mungkin akan terjadi, mencari solusi
bersama-sama, kemudian dicapai suatu simpulan yang dijadikan visi dan misi yang
digunakan bersama. Tanpa adanya musyawarah, maka susah atau bahkan mustahil
kekompakan dapat tercapai karena tidak setiap anggota kelompok memiliki visi
dan misi yang sama.
Setelah kita
memahami makna dari kekompakan, bahwasannya kekompakan membutuhkan kejelasan
visi dan misi dan juga rasa saling mengerti antar anggota, maka kita berharap
masalah mengenai kompak atau tidaknya suatu kelompok tidak menjadikan
perpecahan bagi setiap anggota kelompok. Alangkah baiknya jika setiap anggota
kelompok dapat lebih saling memahami, sering melakukan musyawarah, saling
introspeksi, dan menjauhkan diri dari sikap egois. Dari sinilah kita bisa
membentuk suatu kelompok yang solid tanpa harus merugikan yang lain.
Tidak ada perasaan lebih dari yang lain,
sebagaimana tangan kanan tidak merasa lebih dari yang kiri, otak tidak merasa
lebih penting daripada kaki. Semua memiliki arti bagi berfungsinya sebuah
tubuh.Tanpa ada salah satu, bisa berarti tubuh cacat atau tidak sempurna.
Setiap personal menyadari tanggung jawab dirinya sendiri, bukan menggantungkan
pada bagian lain dan merasa dirinya paling penting atau merasa paling tidak
penting. Hadirnya seorang komandan sama pentingnya dengan hadirnya seorang anggota
yang paling yunior. Everyone is a Leader,
artinya masing-masing bertanggung jawab terhadap fungsi diri dalam bagiannya
untuk mencapai tujuan.
Tak
ada yang merasa superior. Sama seperti dalam setiap gambar teamwork. Semua
tangan menyatu membuat komitmen bersama, tak tampak di sana adanya
superioritas. Satu orang tidak melebihi yang lain. ”Satukan visi, bedakan
aksi,” tuturnya. Jika ada yang terpaksa tidak berfungsi dengan baik, personal
tersebut yang menyampaikannya pada bagian yang lain dan bagian yang lain
bersama-sama melakukan koordinasi untuk menyelesaikan permasalahan itu. Sama
seperti ketika salah satu bagian tubuh ada yang cedera,maka bagian lain ikut
merasakan dan segera mengirimkan pasukan darah putih untuk membantu mengobati.
Artinya organisasi tidak mampu
menentukan tujuan yang jelas yang harus dituju bersama. Sehingga organ organ
atau bagian-bagian bekerja semaunya sendiri. Handoko Wignjowargo (Managing Partner Maestro Consulting –
Coaching – Sharing) menjelaskan,
untuk memperlancar kerja kerja di perusahaan selain persoalan job
description,ada lagi yang namanya kekompakan. ”Kekompakan terjadi karena alasan
pribadi dan tugas,”jelasnya. Faktor kesamaan menjadi hal utama dalam menjaga
kekompakan. Untuk menjalin kekompakan pegawai,
pimpinan perusahaan bisa menerapkan strategi yang berasal dari internal atau
eksternal perusahaan, lanjutnya. Bila pilihannya menerapkan strategi dari
internal perusahaan maka akan dimunculkan ‘musuh’ dari rekan kerja sendiri.
Misalkan saja ada unit kerja yang lebih berhasil. ”Strategi ini pilihan yang
sangat riskan. Sebab rawan konflik, ”terangnya. Itulah sebabnya hampir semua
perusahaan lebih suka menerapkan strategi eksternal untuk menjaga kekompakan
pegawai. Melalui strategi ini, sebuah perusahaan akan menjadikan kompetitornya
sebagai ‘musuh’ bersama.
Dari uraian
di atas kami mencoba untuk menguraikan faktor-faktor pendukung kekompakan,
antara lain:
- adanya visi dan misi yang jelas yang ingin dicapai dan dipahami oleh setiap anggota.
- kesanggupan dan kemauan anggota melakukan visi dan misi tersebut.
- adanya rasa toleransi dan saling mengerti setiap anggota.
- adanya komunikasi yang baik antar anggota.
Dari uraian
di atas kami menyimpulkan bahwasannya kekompakan merupakan hasil dari proses
penyatuan visi dan misi seluruh anggota dalam suatu kelompok dalam mencapai
tujuannya. Sikap toleransi dan saling mengerti anggota dalam kelompok menjadi
faktor
Maka dari
itu, jangan langsung ikut-ikutan kompak jikalau ada yang menggembar-gemborkan
masalah kekompakan. Kita harus kritis. Cerdaslah menelaah tujuan utama dari
kegiatan tersebut. Pertimbangkan manfaat dan mudharatnya. Jikalau baik kenapa
tidak ? Namun kalau buruk, kenapa harus ikut ?
Ingat, hidup
kita ada pada pilihan kita sendiri.
Signature by
DAENG LIRA |