DITANGKAPNYA Akil Mocthar dua hari yang lalu menghiasi headline media baik cetak, online dan elektronik.
Semua tokoh-tokoh bermunculan mengecam Akil dan MK, menghina dan bahkan
tak kalah ganasnya Prof Jimly meminta Akil di hukum mati. Masyarakat
pun bergunjing bahwa wakil tuhan sudah tidak dipercaya lagi. Mirip
ketika Professor dari kampus ITB ditangkap tempo hari, gunjingan muncul
bahwa pendidikpun sudah tak suci.
Namun, apa makna dari semua ini?
Ada tiga hal penting yang perlu kita cermati. Pertama, apakah kasus AM
ini adalah sebuah fenomena rangkaian efek gunung salju atau the snowball
effect? Kedua, apakah kasus-kasus ini dapat memicu kesadaran kolektif
bangsa untuk adanya reformasi jilid ke-2? Ketiga, bagaimana keluar dari
lingkaran setan?
Kasus AM adalah rangkaian the snowball effect. Permulaannya adalah
keberanian kita meninggalkan sila ke-4 Pancasila yang bersumber luhur
pada budaya asli kita musyawarah dan mufakat.
Kita memilih demokrasi liberal dengan harapan partisipasi rakyat dalam
politik. Kita kuatkan demokrasi liberal ini dengan desentralisasi dan
otonomi daerah. Akhirnya, kita masuk pada perangkap politik uang dan
transaksional dalam semua proses politik, khususnya menjadikan rakyat
memilih pemimpinnya berdasarkan uang, uang dan uang.
Alhasil, setiap elit, yang berkuasa karena representasi dari partai
politiknya, baik langsung maupun tidak, menjadi avant garde dalam
mencari uang. Uang untuk membeli kekuasaan dan kekuasaan untuk uang.
Lalu, siapakah kita yang senang betepuk tangan ketika KPK menangkap koruptor?
Dalam bahasa kiri, kita adalah kaum reaksioner, yang tidak pernah
melihat sesuatu di luar permukaan yang tampak. Kita tidak bisa melihat
beyond the wall. Dalam bahasa agamanya kita adalah kaum munafikun. Kita
tidak mengubah keadaan. Karena sesungguhnya kita tahu kita tidak sedang
berubah.
Apakah kasus ini akan membangun kesadaran kolektif untuk perubahan?
Jawabannya pasti tidak. Bahkan ketika Akil dipotong jarinya atau di
hukum mati. Karena kita ada dalam suatu kaum atau bangsa munafik. Rakyat
sebagai pemilih pemimpinnya suka menghujat pemimpinnya yang salah, tapi
sadar bahwa dia memilih pemimpin yang salah, yang dia lakukan demi
sejumlah rupiah.
Apakah ada jalan keluar? Jalan kelaurnya hanya mungkin terjadi jika ada
kekuatan yang dibangun di luar sitem demokrasi yang ada sekarang.
Kekuatan ini yang harus diperbesar agar mengalami efek bola salju
positif yang mampu mengimbangi kekuatan sosial politik yang ada saat
ini. Kekuatan ini yang harus menjadi pembeda antara yang salah dan
benar. Kekuatan ini yang harus melawan dan menghancurkan kekuatan kaum
munafikun yang ada.
Signature by
DAENG LIRA |