Minggu, 11 Agustus 2013

Apakah memang tugas polisi di mata anak-anak ini harus spesifik?

Setiap anak adalah masterpiece yang sempurna, setiap anak selalu menunjukkan hal-hal yang luar biasa. Kepolosan dan kejujurannya dalam bertutur sering kali mengundang decak kagum dariku sekaligus pemikiran mendalam sebagai bahan refleksi atas apa yang terjadi di kehidupan nyata. Beberapa kejadian sudah membuktikan hal itu, ini sekelumit kisah anak-anak yang menjadi satu dari sekian banyak bahan perenunganku yang mengkonklusikan bahwa setiap anak adalah masterpice.

Ini kisah seorang Guru yg mengajarkan tentang tugas Polisi

Guru tersebut mengajukan pertanyaan pertanyaan “Apa tugas utama polisi?” karena hampir semua anak menjawab “Menangkap maling”. Kurang lebih isinya seperti itu, walaupun dengan diksi yang berbeda-beda tentunya. Guru tsb pun termenung, sesederhanakah itukah pemikiran ank-anak ini. Tugas utama polisi bagi mereka hanya menangkap maling?! Pikirannya pun melayang, mencari memori tentang pelajaran ini. Sistem pemerintahan daerah, ya itu dia! Guru tsb sempat menjelaskan lembaga-lembaga yang mendukung pemerintahan daerah. Beliau sebutkan Polres, yaitu kepolisian resort yang ada di tingkat kabupaten. Belia memutar otak bagaimana menjelaskannya tentang Tugas Polisi.



****

Waktu itu di ruangan kelas seperti biasanya (beliau bercerita ......),
di kelas IV yang jumlahnya hanya 30 orang itu duduk melingkar. Kuperlihatkan kepada mereka gambar polisi  di atas kertas A4.

“Kalian tahu siapa ini?”

“Pak polisiii...”, ujar beberapa anak kompak

“Dari mana kalian tahu ini gambar polisi?”, tanyaku lebih lanjut mencoba mengenali cara berpikir mereka.

“Dari bajunya Pak..”, kata imam

“Topi nya Pak..”, adit melanjutkan

“Oke bagus, siapa yang tahu apa tugas polisi?”

“Menangkap penjahat Pak..”,jawab Letri

“Ya, bagus Letri.. ada lagi yang lain?”

“Menangkap maling, Pak..”, ujar Imam lagi

“Siip betul Imam, sekarang.. kalau tidak ada penjahat dan tidak ada maling bagaimana? Apa artinya?”

Kuperhatikan mereka yang tampak berpikir keras, entah mencari jawaban atau mencoba mencerna bahasaku yang masih asing bagi mereka.

Kudiamkan saja mereka, menunggu salah satu dari mereka mengutarakan pendapatnya.

“Jadi aman Pak.. tidak takut lagi..”, Kalpin menjawab dengan suara pelan dan mau-malu.

“Hebat Kalpin, betul ya pendapat teman kalian. Kalau tidak ada penjahat dan maling hidup kita akan aman, tidak perlu takut lagi..” ujarku senang karena akhirnya ada yang menjawab

“Sekarang.. dari jawaban Kalpin tadi Bapak ulangi pertanyaannya ya.. jadi kira-kira tugas utama polisi itu apa?” tanyaku lagi mencaba konstruktif

“Menangkap maling Pak..” jawaban itu lagi-lagi keluar dari mulut Imam

“Iya betul,, tapi yang lebih tepat apa? Ayo tadi sambungkan dengan jawaban dari Kalpin..”

“menangkap penjahat Pak”, ujar suara di ujung, entah siapa.

Aku menarik nafas perlahan, mencoba bersabar. Kupancing dengan cara lain. Apakah memang tugas polisi di mata anak-anak ini harus spesifik? Kulihat text book yang menyebutkan tugas polisi adalah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Kuputuskan untuk memberi tahu mereka karena belum ada yang bisa menyimpulkan. Setelah kujelaskan mereka mengangguk-angguk. Kutanyai mereka apakah mengerti tugas polisi. Mereka menjawab lantang “Mengertii Paaak..”

Demikian cerita beliau.

***

Bagaimana kalau menunjukkan gambar di bawah ini?????

Mungkin mereka akan menjawab bahwa yg di gambar tersebut adalah preman atau penjahat kelamin.

Mereka belum memahami sepenuhnya tugas utama Polisi adalah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.Yang mereka ingat adalah jawaban Imam yang mungkin memang mewakili pemahaman mereka semua atas tugas polisi, yaitu menangkap maling. Aku termenung, memikirkan dan mencoba menyelami pemikiran anak-anak itu. Setidaknya, aku berusaha mengingat bagaimana pandanganku terhadap polisi waktu aku seusia mereka. Nihil. Yang muncul dalam ingatanku malah bagian dari novel  The Kite Runner ketika seorang Ayah mengatakan kepada anaknya mengenai kejahatan yang paling berat dosanya. Ia menyebut mencuri adalah kejahatan yang paling tidak bisa dimaafkan.

Mencuri merupakan akar dari semua kejahatan. Jika kamu sudah mulai memikirkan untuk mencuri, berarti sebentar lagi kamu akan menjadi manusia paling jahat yang pernah ada. Mengapa demikian? Mencuri artinya mengambil sesuatu yang bukan merupakan hak kita. Korupsi? Jelas mencuri. Mencuri uang rakyat. Membunuh? Itu juga secara filosofis mencuri, mencuri hak seseorang untuk hidup. Mencemarkan nama baik seseorang berarti mencuri hak orang itu untuk hidup tenang. Mengedarkan narkotika berarti mencuri hak seseorang untuk hidup sehat. Jika direnungkan, argumen si ayah di novel tersebut memang benar. Segala jenis kejahatan pada intinya adalah mencuri atau maling, dalam bahasa anak-anak di kampungku.

MARI KITA SAMA2 MENJELASKAN KEPADA MEREKA DON'T LOOK THE BOOK FROM THE COVER 

Jangan hanya lihat dari pakaian/tampilannya saja .. ada yg berpakaian lusuh, kumal juga memiliki tugas pokok menjaga keamanan dan ketertiban