Sabtu, 10 Agustus 2013

NOL = KOSONG = TIADA

Pada saat silaturahmi dengan teman sepermainan, sering terucap " sekarang kita kosong kosong " maksudnya tidak ada lagi yg tersisa karena sling memaafkan, Kita harus mewarnai hidup tidak dengan simbolik saja, tapi harus perfectif dalam keseharian. Karena saling memaafkan bukan untuk sekali, tapi setiap manusia dalam kehidupannya pasti berbuat salah. Jadi saat berbuat salah, saat itu pula harus meminta maaf. Namun yang saya garis bawahi di sini adalah "kosong-kosong" tadi, mengapa sampai mereka mengatakan "kosong", dan menurut saya kosong itu = Nol. Nah akhirnya saya nyari apa itu Kosong atau Nol. Melalui mbah Google akhirnya saya dapat sejarah "NOL"

Meskipun manusia selalu memahami konsep ada dan tidak ada, konsep nol adalah relatif baru. Hanya sepenuhnya dikembangkan pada sebelum abad kelima Masehi, matematikawan berjuang melakukan perhitungan aritmatika sederhana. Hari ini, nol digunakan baik sebagai simbol (atau angka) dan konsep yang berarti tidak adanya kuantitas apapun. Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan kalkulasi, melakukan persamaan rumit, dan penemuan komputer. Inilah sejumlah teori mengenai angka Nol.

Awal sejarah: Lekukan Siku

Nol diciptakan secara independen oleh bangsa Babel, Maya dan India (meskipun beberapa peneliti mengatakan sistem bilangan India dipengaruhi oleh Babel). Bangsa Babel mendapat sistem nomor mereka dari Sumeria, orang pertama di dunia yang mengembangkan sistem penghitungan. Dikembangkan 4.000 hingga 5.000 tahun yang lalu, sistem Sumeria memposisikan bahwa nilai simbol tergantung pada posisi relatif terhadap simbol lainnya.

Robert Kaplan, penulis The Nothing That Is: A Natural History of Zero, menunjukkan nenek moyang angka nol mungkin sepasang lekukan miring yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah kolom nomor kosong. Namun, Charles seife, penulis Zero: The Biography of a Dangerous Idea, tidak setuju dengan pendapat tersebut.

Sistem Sumeria 'melewati Kekaisaran Akkadia menjadi Babel sekitar 300 SM. Ada seorang ilmuwan setuju, simbol muncul itu jelas sebuah wadah, yaitu sebuah cara untuk mengetahui 10 dari 100 atau untuk menandakan bahwa dalam jumlah 2.025, tidak ada nomor di kolom ratusan. Awalnya, Babel meninggalkan ruang kosong di sistem nomor tulisan kuno mereka, tetapi ketika itu membingungkan, mereka menambahkan simbol berupa lekukan siku ganda untuk mewakili kolom kosong. Namun, mereka tidak pernah mengembangkan gagasan nol sebagai nomor.

Nol di Amerika
Enam ratus tahun lalu dan 12.000 mil dari Babel, bangsa Maya mengembangkan nol sekitar tahun 350 dan menggunakannya untuk menunjukkan sebuah tempat dalam sistem kalender mereka yang rumit. Meskipun sangat terampil matematikawan, bangsa Maya tidak pernah menggunakan nol dalam persamaan. Kaplan menggambarkan penemuan nol oleh suku Maya sebagai "contoh mencolok sebagian besar nol yang sedang dirancang sepenuhnya dari awal."

India: Dimana nol menjadi nomor
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa konsep Babel sampai ke India, tetapi yang lain merupakan hasil dari India mengembangkan sendiri.

Konsep nol pertama kali muncul di India sekitar tahun 458. Persamaan matematika dijabarkan, pengucapan dalam puisi atau nyanyian bukan simbol. Kata yang berbeda melambangkan nol, atau tidak, seperti udara, langit, atau ruang. Pada 628, seorang astronom dan ahli matematika Hindu bernama Brahmagupta mengembangkan simbol untuk nol yaitu titik di bawah angka. Dia juga mengembangkan operasi matematika menggunakan nol, menulis aturan untuk menghasilkan nol melalui penambahan dan pengurangan, dan hasil menggunakan nol dalam persamaan. Ini adalah pertama kalinya di dunia dimana nol diakui sebagai jumlah tersendiri, baik sebagai sebuah ide dan simbol.

Dari Timur Tengah ke Wall Street
Selama beberapa abad berikutnya, konsep nol tertangkap di Cina dan Timur Tengah. Menurut Nils-Bertil Wallin of YaleGlobal, nol mencapai Baghdad saat ia menjadi bagian dari sistem angka Arab, yang didasarkan pada sistem India.

Seorang ahli matematika dari Persia, Mohammed ibn-Musa al-Khowarizmi, menyarankan bahwa lingkaran kecil harus digunakan dalam perhitungan jika ada nomor muncul di tempat puluhan. Orang-orang Arab menyebut lingkaran ini "sifr," atau "kosong." Nol adalah penting untuk al-Khowarizmi, yang digunakan untuk menciptakan aljabar pada abad kesembilan. Al-Khowarizmi juga mengembangkan metode cepat untuk mengalikan dan membagi angka, yang dikenal sebagai algoritma, mengambil potongan dari namanya.

Nol sampai ke Eropa melalui penaklukan Moor dari Spanyol dan dikembangkan lebih lanjut oleh matematikawan Italia, Fibonacci. Ia menggunakannya untuk melakukan persamaan tanpa sempoa yaitu alat yang paling umum digunakan untuk melakukan aritmatika. Perkembangan ini sangat populer di kalangan pedagang, mereka menggunakan persamaan Fibonacci yang melibatkan nol untuk menyeimbangkan buku mereka.

Wallin menunjukkan bahwa pemerintah Italia curiga dengan angka Arab dan melarang penggunaan nol. Pedagang terus menggunakannya secara ilegal dan diam-diam, dan kata Arab untuk nol, "sifr," kemudian menjadi kata "cipher," yang tidak hanya berarti karakter numerik, tetapi juga menjadi "kode."

Pada 1600-an, nol digunakan cukup luas di seluruh Eropa. Itu menjadi dasar dalam sistem koordinat Cartesian Rene Descartes dan Sir Isaac Newton dan Gottfried Wilhem Liebniz tentang perkembangan kalkulus. Kalkulus membuka jalan bagi fisika, teknik, komputer, dan banyak teori keuangan dan ekonomi.