Selasa, 22 Oktober 2013

DOA PADA STATUS FACEBOOK


Ada sebuah fenomena baru yang sekarang kerap saya lihat. Apa itu? Berdoa lewat facebook. Ya, di jaman serba instan ini facebook digunakan sebagai sarana untuk berdoa. Lihat saja, status model ini bertebaran setiap hari di FB. Anda bisa menemukan status-status semodel ini : ‘Ya, Tuhan. Kuatkanlah aku untuk menghadapi cobaan ini‘ atau ‘Tuhan, berikanlah aku jalan terbaik untuk melewati segala kesulitan‘. Dan berbagai model lain, tergantung selera penulisnya.

Saya sama sekali tidak menganggap bahwa hal itu salah atau keliru. Berdoa atau menyampaikan keinginan yang baik kepada Tuhan akan selalu benar dan bermanfaat. Apapun caranya. Namun, ada hal yang perlu kita perhatikan yaitu ternyata telah terjadi pergeseran yang cukup signifikan dalam proses berdoa. Jika dulu doa dianggap sebagai hubungan pribadi antara kita dengan Tuhan, saat ini konstelasinya agak berubah. Sekarang, berdoa bisa jadi hubungan segitiga antara Tuhan, kita dan teman-teman di Facebook.

Benarkah begitu?

Jujur, saya tidak bisa memastikan dengan tepat. Siapapun tidak akan ada yang bisa memastikan karena doa sampai kapanpun juga akan tetap jadi hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Saya rasa hubungan pribadi antara kita dengan Tuhan tidak perlu diperdebatkan.

Lantas, hubungan seperti apa yang terjadi antara kita dan teman-teman di facebook dalam segitiga tersebut? Mengapa fenomena berdoa lewat facebook jadi marak?

Mungkin, sebagian akan beralasan bahwa ‘Saya tidak bermaksud untuk memancing respon apa-apa dari orang, kok. Saya juga tidak perlu dikomentari’. Maka pertanyaan selanjutnya adalah, jika memang tidak perlu dikomentari mengapa tidak berdoa dalam hati saja sambil sembahyang?

Ini sungguh menggelitik benak saya. Mengapa? Pada saat orang secara SADAR melakukan suatu tindakan artinya ada motivasi di belakang itu yang mendorongnya. Apa motivasi yang mendorong seseorang untuk menyampaikan sesuatu kepada Tuhan lewat SNM (Social Networking Media)? Apa yang menyebabkan perlu melibatkan orang lain dalam proses berdoa?

Tidak salah untuk berdoa lewat status facebook karena Tuhan Maha Tahu. Artinya, Tuhan pasti akan ‘membaca’ status facebook yang berisi doa.

Yang berbeda adalah, jika dulu hanya Tuhan yang tahu isi doa kita, sekarang semua orang yang terdaftar di friendlist kita juga bisa mengetahuinya plus friends of our friend, bahkan orang-orang yang tidak secara langsung kita kenali. Caranya pun instan dan begitu saja. Cukup klik ‘home‘. Anda bisa menemukan banyak status berisi doa di situ.

Sekarang saya akan membahas sedikit tentang ‘Sadar’. Saya hampir yakin 100% bahwa kita semua sadar bahwa begitu kita mem-posting sesuatu lewat status facebook, dalam sepersekian detik berikutnya orang lain akan segera bisa mengaksesnya. Termasuk untuk status-status yang berisi doa. Lebih cepat dari koran, TV atau radio dengan cara yang masif (bersifat massa). Artinya, orang yang menuliskan doanya lewat facebook juga sadar bahwa dengan segera banyak orang akan mengetahui isi doanya. (Please, jangan katakan bahwa anda tidak menyadari hal ini).

Karena dari namanya saja, SNM, sudah tergambar seperti apa sifat media ini. Kurang lebih, media (singularnya medium) yang membentuk keterhubungan dalam masyarakat sebagai sebuah jejaring. Masyarakat seperti apa? Masyarakat dunia maya yang tidak dibatasi oleh tempat dan waktu. Pembatas dunia maya hanyalah jaringan internet, gadget yang digunakan dan subjek yang menggunakan media itu sendiri. Ini media yang sangat luar biasa.

Apakah karena sebegitu luar biasanya media ini maka SNM juga bisa digunakan untuk berdoa? Entahlah. Saya tidak tahu.

Definisi SNM sampai sekarang belum berubah. Di luar masalah perdebatan mengenai definisi tersebut, SNM selalu terkait dengan sosial yang untuk gampangnya saya identikkan dengan masyarakat. Artinya, fenomena berdoa di facebook (atau SNM jenis lain seperti twitter, dsb) mencerminkan perubahan yang terjadi di masyarakat. Bisa dikatakan bahwa ini adalah fenomena sosial, minimal di masyarakat dunia maya.

Seringkali terdapat fenomena lain yang terdapat di balik suatu fenomena sosial. Misalnya, ramainya kerusuhan di berbagai tempat tidak hanya mencerminkan kerusuhan itu sendiri. Fenomena kerusuhan mencerminkan kurangnya kesempatan kerja, rendahnya tingkat pendidikan, lemahnya wibawa aparat penegak hukum, dsb… dsb…

Sekarang, ada apa di balik fenomena berdoa lewat facebook? Lagi-lagi, saya hampir yakin 100% bahwa orang yang memasang status berisi doa memang menginginkan doanya itu diketahui oleh orang lain. Karena, jika ia tidak ingin doanya diketahui orang lain maka ia tidak akan memasangnya di status facebook. Atau, mungkinkah orang yang tidak ingin doanya diketahui orang lain tetap memasangnya di status facebook? Saya tidak tahu. Tapi memang agak aneh jika, “Saya tidak mau orang lain tahu isi doa saya, jadi saya akan memasangnya di status“.

Sekarang, bayangkan kejadian rekaan berikut ini. Seseorang, sebut saja ‘Mawar’, meng-update status seperti ini : “Ya, Tuhan. Bebaskanlah aku dari kesulitan ini. Aku tidak bisa menemukan jalan keluarnya. Tolong aku menemukannya. Amin“. Tak lama setelah status tersebut terpublikasi datanglah berbagai komentar plus beberapa lainnya mengeklik ‘like‘. Seperti biasa, komentar-komentar itu berbunyi seperti ini : ‘tabah ya, sayang’; ‘Tuhan akan membantu orang yang sabar’; “Kuatkan hatimu“; atau komentar-komentar sejenis itu. Mawar sibuk membalas komentar-komentar itu dengan ucapan terima kasih. Mawar senang karena doanya didukung banyak orang.

Hari berlanjut. Sudah seminggu dan Mawar belum juga menemukan jalan keluar. Mawar mulai putus asa karena terjebak dalam kesulitan sementara comments dan ‘like‘ di statusnya sudah puluhan. Mawar sekarang ingin meminta bantuan. Pertanyaan pertama, menurut anda, dari sekian banyak orang yang mendukung Mawar di statusnya, berapa persen yang akhirnya akan benar-benar membantu Mawar?

Mawar bingung pada siapa ia harus meminta bantuan. Akhirnya, Mawar melihat ulang statusnya itu. Melihat siapa saja yang berkomentar di sana. Ternyata, beberapa adalah teman mainnya, sebagian besar tidak terlalu akrab, beberapa di antaranya tidak ia kenali dan sisanya tinggal di kota lain. Melati, sahabat terdekatnya, sama sekali tidak berkomentar.

Akhirnya, terpikirlah untuk menelepon Melati. Mawar menceritakan kesulitannya. Melati terus mendengarkan sambil sedikit berkomentar. Di akhir pembicaraan, Melati menyuruh Mawar untuk datang ke rumahnya. Melati tidak tahu apakah ia bisa membantu, tapi Melati punya niat untuk membantu dan benar-benar mengajak Mawar untuk mencari solusi.

Pertanyaan kedua, sadarkah Mawar ketika ia mengupdate status di facebook bahwa comments dan ‘like’ yang muncul tidak sepenuhnya mencerminkan hal yang sesungguhnya? Dan terakhir, kita kembali pada pertanyaan awal kita. Lantas, apa yang diharapkan oleh Mawar saat menyampaikan doanya tidak hanya kepada Tuhan, melainkan juga kepada teman-teman di facebook?

Sadar atau tidak sadar orang yang menyampaikan doanya lewat status telah membagi sesuatu yang bersifat sangat pribadi ke areal publik (saya tidak tahu hubungan mana lagi yang bisa lebih pribadi dibanding hubungan kita dengan Tuhan). Tidak cukupkah dengan bercerita kepada sahabat kita saja? Mengapa doa yang bersifat sangat pribadi perlu dibagi pada ribuan orang (secara sengaja atau tidak sengaja) lewat facebook, yang kemudian dilanjutkan dengan berbalas comment?

Well, saya akan membiarkan anda untuk menjawab sendiri pertanyaan pertama dan kedua. Saya akan langsung berasumsi tentang apa jawaban yang mungkin untuk pertanyaan ketiga. Karena ini hanya asumsi maka bisa saja salah atau bisa saja benar.

Pertama, asumsi saya adalah maraknya status berisi doa di facebook mencerminkan bahwa makin banyak orang yang kesepian. Mawar merasa kesepian. Mawar butuh kehadiran orang lain. Dan tidak ada cara yang lebih praktis selain lewat SNM.

Mawar merasa harus membagi perasaannya dan tidak memiliki tempat yang pas untuk membaginya maka ia menggunakan SNM sebagai sarana. Hal ini karena sifat SNM yang segera. Lewat SNM, orang cenderung merasa lebih mudah untuk mengumpulkan puluhan, ratusan atau bahkan ribuan orang dalam waktu singkat. Membuat Mawar merasa didukung oleh banyak orang, meskipun orang-orang itu tidak ada di sampingnya. Tapi, mengapa Mawar masih perlu membaginya lewat SNM jika ia juga bisa langsung bercerita pada sahabatnya yang jelas-jelas akan bersedia membantunya?

Inilah asumsi kedua saya. Asumsi ini berdasarkan teori Media Ecology yang diajukan oleh Marshall McLuhan. McLuhan membuat sebuah pernyataan monumental yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli tentang apa yang ada dibalik pernyataan itu. Begini bunyinya, Medium Is The Message.

Saya setuju dengan salah satu penjelasan tentang pernyataan itu. Yaitu, kurang lebih, saat ini jalur komunikasi menjadi lebih penting dibanding isi pesan. Dalam kasus Mawar, ia menganggap bahwa alat komunikasi yang digunakan (komputer, blackberry, facebook, twitter, segala jenis messenger, dsb) lebih penting dari isi status yang ia tampilkan. Pokoknya ia harus meng-update agar tetap terhubung pada jalur komunikasi. Mungkin, meskipun tidak berjenggot, terputus dari jalur komunikasi akan membuat Mawar kebakaran jenggot. Jadi, asumsi ini sekaligus menyatakan bahwa Mawar tidak sepenuhnya berteman dengan orang-orang dalam jejaringnya. Lebih dari itu, Mawar justru berteman dengan komputer, blackberry, dan segala perangkat yang menghubungkannya dengan jaringan. Mawar sedang berbagi perasaan dengan alat!

Kita bisa saja membuat asumsi lebih banyak lagi. Entah mana yang benar. Tapi, jangan sampai malah asumsi ketiga saya yang terjadi. Yaitu, ternyata itu bukan doa! Mereka sedang iseng saja karena tidak punya kerjaan. Dan status berisi doa akan membangkitkan perasaan simpati.

Hah! Sekarang, apa asumsi anda?



Signature by           
                      DAENG LIRA