Selasa, 15 Oktober 2013

ANALOGI KPK DAN POLRI

Mana yang lebih keren, Tukang sapu dijalan raya atau cleaning service di gedung bertingkat?
Mana yang lebih keren, Supir angkot atau supir taxi limousim?
Mana yang lebih keren, Tukang nasi warteg atau pelayan restoran mahal?
Mana yang lebih keren, tukang bakso jalanan atau tukang bakmi GM di Mall??

Tukang sapu digedung, sampahnya beda dengan tukang sapu dijalanan. Apakah tukang sampah jalanan bisa memilih sampah mana yang dibersihkan dan mana yang dibiarkan? Semua sampah dijalan harus dibersihkan tanpa kecuali tentunya..
Sampah digedung?? Itu adalah sampah terpilih yang hanya dibawa orang tertentu yang masuk gedung saja. Sangat kecil kemungkinan didalam gedung ber AC kita menemukan puntung rokok, karena memang beda peruntukannya antara gedung berAC dengan jalan raya..

Supir angkot juga mengangkut manusia seperti supir taxi limousim. Bedanya bahwa berbagai kalangan bisa naik angkot, namun hanya kalangan tertentu saja yang bisa naik taxi limousim..

Tukang Nasi Warteg bisa melayani semua orang, namun hanya orang tertentu saja yang mampu membeli makan direstoran mahal..

Tukang bakso jalanan bisa melayani semua orang, kaya miskin tua muda semua suka. Tapi hanya sedikit orang yang mampu bayar Mie GM di mall..

Analogi diatas sebenarnya harus kita gunakan ketika kita membandingkan antara KPK dengan Polri.

KPK hanya menyidik masalah korupsi. Tapi polisi mengurusi masalah bangsa ini dari mulai terorisme sampai dengan pencuri sandal. Dari m
asalah kejahatan Trans National Crime hingga masalah ribut keluarga. Dari masalah Kejahatan Perbankan sampai masalah penipuan sms mama minta pulsa..Dari masalah lalulintas sampai masalah demonstrasi besar-besaran.. Dari masalah konflik tetangga sampai masalah konflik antar etnis..

KPK bisa menolak perkara non korupsi,. Tapi polisi tidak bisa menolak perkara apapun yang dilaporkan kepada mereka.

KPK menyidik dengan dukungan politik, dukungan anggaran, dukungan uu, dukungan sistem, dukungan Sistem peradilan pidana yang saling menyatu antara penyelidikan, penyidikan, penuntutan hingga peradilan.

Tapi polisi terpisah dalam sistem peradilan pidana, kaarena masih ada jaksa yang belum tentu sepakat, masih ada hakim yang berbeda pendapat, dlsb. Disisi lain dukungan politis kepada polisi yang sangat minim karena semua pihak berupaya memanfaatkan kelemahan institusi untuk berbagai keuntungan perorangan maupun kelompoknya..

KPK bisa bebas melenggang melanggar aturan KUHAP dengan dasar extra ordinary crime,,. Tapi polisi dibatasi dimana-mana karena katanya perlu kontrol yang kuat dengan berbagai alasan..

Terakhir; KPK punya anggaran gaji dan remunerisasi yang berlebih dan polisi harus bertahan dengan apa yang diterimanya namun dituntut selalu memberikan pelayanan terbaik..

Jangan banding-bandingkan satu sama lain dengan alat ukur yang berbeda..

Kalau sudah demikian, sandiwara apa yang sedang terjadi??

Dunia memang panggung sandiwara, peran kita selalu berbeda, apapun kata orang tentang yang baik dan buruk,, tergantung pada nurani kita mau membawa kemana. Pada akhirnya kita semua akan kembali nanti kepada Sang pencipta..

Hendaknya kita berhati-hati dlm berucap & berbuat, karena semua pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala di akhirat. “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)

Dan balasan yang disediakan oleh Allah Ta’ala di akhirat kelak sesuai dgn amalnya di dunia. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,
“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi & (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dgn kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk & tempat kediaman mereka ialah Jahanam & itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ar-Ra’du:18)