Minggu, 18 Agustus 2013

Polisi oh Polisi, Ada Apa Denganmu?


Perang bintang untuk menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (KAPOLRI) semakin memanas. Bagi kita sebagai masyarakat awam mungkin tidak terlalu terasa, apalagi jika kita memang bukan orang yang saat ini memiliki kaitan langsung atau bersentuhan langsung dengan institusi tersebut.
Lalu, apakah kita sebagai orang awam, boleh dan patut memberikan sedikit perhatian atas kejadian ini? Apa pula efeknya bagi kita, sebagai orang tua yang memiliki anak, mahasiswa yang sedang kuliah, pedagang  ataupun profesi lainnya. Tidak bisa dipungkiri, terlepas dari adanya kaitan langsung antara pribadi kita dengan institusi ini, kita sebagai masyarakat yang saat ini merasakan efek dari “perang bintang” yang berlangsung saat ini dan juga akan merasakan akibat dari selesainya perang tersebut.
1. Bisnis Narkoba
Bisnis Narkoba adalah bisnis trilyunan, bisnis yang merupakan lahan yang sangat sangat basah. Bayangkan saja, setiap hari berapa milyar perputaran dana yang  terjadi dari bisnis ini . Dan sudah menjadi rahasia umum, dibalik bisnis haram yang terjadi, selalu ada oknum yang menjadi “backing” dibelakangnya ! Bisnis tersebut bisa berjalan karena adanya kerjasama antara Pengusaha Nakal dan Oknum yang bernaung di institusinya. Semakin besar bisnis tersebut, tentu saja akan semakin tinggi wewenang yang harus dimiliki oleh orang yang menjadi backing ! Untuk wewenang yang semakin tinggi, berarti OKNUM tersebut pun harus seyogianya memiliki PANGKAT yang tinggi.
Institusi POLRI adalah institusi yang paling paling menentukan, institusi yang sanggup meredam dan bahkan menghentikan peredaran narkoba ini jika mau !
Nah, jika PIMPINAN berganti dalam hal ini KAPOLRI, biasanya akan selalu diikutin oleh pergantian pimpinan di unit dan didaerah yang dipimpinnya. PIMPINAN baru akan mengevaluasi kembali pembantu-pembantunya tersebut, apakah sesuai dengan keinginan, strategi dan tata cara yang diinginkan.
Ini berarti “cilaka” bagi Pengusaha Nakal tersebut dan “cilaka” bagi oknum yang selama ini kenyang sebagai backing dari pengusaha tersebut.  “Cilaka” bagi pengusaha nakal tersebut, karena butuh waktu dan butuh dana kembali  untuk melakukan negosiasi baru agar bisnisnya tetap lancar. Nah, kalau POLISI yang menjadi PIMPINAN sekarang ini masih juga merupakan POLISI NAKAL , ya tidak masalah !! Namun bayangkan “CILAKA 24 Lusin” jika POLISI yang baru ini tidak mau ikut bermain dalam bisnis ini.
“CILAKA” juga bagi Oknum yang selama ini menjadi backing ! Jika Komandan baru adalah orang yang bersih dan tidak mau bermain, berarti RICE COOKER yang mengepul selama ini tidak akan terisi lagi. Masa-masa panen akan berganti dengan musim paceklik menunggu.
Besar kecilnya peredaran NARKOBA, akan menimbulkan efek bagi kita semua baik secara langsung maupun tidak. Dengan semakin tidak terkontrolnya peredaran narkoba, akan semakin banyak pula pemakai yang mungkin saja adalah saudara, orang tua, anak, tetangga, majikan atau kita sendiri ! Ini berarti “CILAKA” nya pindah ke kita semua. “CILAKA”  semakin bebas narkoba, semakin bebas pemakai, semakin banyak korban, semakin banyak yang akan menjadi korban sampingan !
2. MAFIA KASUS
Jika PIMPINAN tidak becus, anak buah akan semakin tidak becus ! Tidak ada anggota yang salah, hanya ada pemimpin yang salah. Ungkapan ini benar adanya, karena semua adalah kesalah Pimpinan yang tidak sanggup membina anggotanya. Tidak heran sudah saat ini bertebaran Markus dimana-mana ! Banyak  orang yang memperjual belikan kasus ! Mungkin saat ini kita tidak tahu atau tidak mau tahu, tapi bayangkan jika ini terjadi pada kita atau keluarga kita, apalagi jika memang kita tidak bersalah namun menjadi korban atau dikorbankan oleh karena kepentingan Pihak tertentu yang memiliki kedekatan khusus atau sanggup membayar lebih kepada oknum. Jika KOMANDAN benar dan tegas, tidak ada anggota yang berani macam macam, tidak ada juga orang-orang yang memperjual belikan kasus atau mengaku bisa mengurus ini dan itu, memutar balikkan fakta ! Yang Benar tetap akan benar, yang salah tetap harus mempertanggung jawabkannya !
3. PREMANISME , KEJAHATAN
Jika PIMPINAN Kepolisian benar adanya ! Preman preman tidak akan berkutik lagi, nah coba bayangkan, jika PREMAN semakin merajalela, siapa yang rugi ? Bagaimana pula jika Penjahat tidak lagi segan atau takut kepada Penegak Hukum POLISI, mau kemana lagi kita mengadu ? Bagaimana jika Bandit-bandit tersebut berlindung di ketiak nya POLISI, semakin hancur lah tata kehidupan kita. Apakah Anda mau hidup dalam keadaan demikian ? Belum lagi jika PIMPINAN tidak sanggup mengkoordinasikan bawahannya dan malah bertempur dengan institusi lainnya.
4. KORUPSI/ANGGARAN
Ini momok utama ! Itu semua dana kita lho, pajak yang kita bayarkan ! Sejelek-jeleknya kita dalam hal membayar pajak, setidaknya Anda pasti ada membayar pajak kendaraan atau bahkan makan dirumah makan, beli minyak goreng, beli sabun dsb. Anggaran yang seharusnya tidak terlalu besar, jika di mark up ? Kita juga yang akan merugi. Bayangkan, barusan ini, masa pangkat yang tidak terlalu tinggi di Kepolisian, transaksi memiliki nilai nominal Rp. 1.5 Trilyun. Wajarkah ? Kemana PIMPINAN nya ? Masa anggota yang katanya membackingi ini dan itu, juga tidak dibackingin oleh PIMPINANnya ? Oh ya, belum termasuk kasus Jenderal DS dan Jenderal jendral lainnya yang memiliki rekening bukan hanya gemuk tapi obesitas !
4 hal diatas hanya beberapa dari banyak lagi segi lainnya. PIMPINAN yang benar akan disegani oleh kawan dan lawan. PIMPINAN yang benar adalah pimpinan yang sanggup menata,memperbaiki segala sesuatu yang salah dan bukan malah melanjutkan budaya yang salah tersebut. PIMPINAN yang benar adalah pimpinan yang berani bilang salah dan bukan hanya bilang “sedang diproses” , bahkan tidak terkadang tidak tau apa yang sedang dilakukan bawahannya. Namun, pada dasarnya, PIMPINAN adalah orang yang berwibawa, mampu membela kita sebagai masyarakat lemah dan memberikan kita ketenangan dalam hidup rukun beribadah, bekerja dan bersekolah.
Namun apa daya, kita hidup masih seperti dinasti dinasti sebelumnya. Orang yang benar-benar layak malah disingkirkan, jika tidak bisa disingkirkan secara langsung, akan dibuat sistim MPP (Mati Pelan Pelan). Orang yang seharusnya menjadi PIMPINAN malah di geser, tidak boleh menonjolkan kemampuannya, tidak diberikan kesempatan dan bahkan dikucilkan ! Untuk Apa ? Karena jika orang yang memenuhi criteria PIMPINAN tadi terjadi, maka  selesailah 4 hal diatas ! Ini berarti, putuslah masa panen orang-orang yang memanfaatkan PIMPINAN !  Lalu, dicarilah segala sesuatu yang dirancang untuk menyingkirkan CALON PEMIMPIN tersebut. Ini Indonesia, apa yang tidak ada bisa di jadikan alasan !
Jangan salah cari pemimpin yang benar wahai institusi POLRI ! Pilihlah orang yang benar-benar memiliki criteria PEMIMPIN dan bukan criteria perwira yang tahu bagaimana mencari keuntungan dengan menjadi PEMIMPIN !! PEMIMPIN yang layak dan pantas, itu semua yang kami harapkan.
Apalagi ada wacana yang menurut Penulis sangat tidak beralasan dan tidak tertulis dalam UU tentang penunjukan KAPOLRI . Jika memang untuk kebaikan semua, mengapa harus ada batasan usia ini dan itu ? Ingat, jika memang CALON PEMIMPIN itu layak dijadikan PEMIMPIN , mau dia sudah mau pension ataupun masih lama pension, itu bukan nilai yang utama.
“Pasal 11 UU No.2 tertulis :
Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.
(7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden

Lalu, mengapa ada batasan tidak jelas yang seakan –akan hanya lating yang berlangsung saat inilah yang paling cocok ! Malah adanya PEMIMPIN yang kemudian dianggap dan divonis tidak layak lagi hanya karena masa pensiunnya.

Sumber: KOMPAS (tanpa merubah satu hurufpun)